JAKARTA, (IslamToday ID) – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih menyatakan percobaan imunisasi vaksin terkait penyebaran virus korona baru bisa dilakukan tiga bulan mendatang. Menurutnya, informasi itu datang dari para ahli terkait.
“Iya baru bisa di trial ke pasien tiga bulan lagi,” ujarnya, Sabtu (25/1/2020).
Menurut Daeng, proses imunisasi akan berlangsung seperti imunisasi pada umumnya. Dimana proses tersebut akan diberikan secara langsung ke setiap orang sebagai pencegahan agar tidak terkena infeksi.
Ia menyebut imunisasi itu akan dilakukan oleh tenaga medis. Meskipun, ia tak mengatakan spesifikasi lainnya terkait informasi tersebut. “Iya, ini salah satu pengembangan vaksin khusus korona,” tuturnya.
Daeng mengatakan, virus korona bisa menyebabkan kematian layaknya SARS apabila tidak ditangani dengan baik. Namun demikian, ia tak menampik belum ada pengobatan efektif hingga saat ini, meskipun uji coba imunisasi atau pengembangan vaksin korona akan dilakukan tiga bulan mendatang.
Mengacu pada kasus SARS sebelumnya, ia menilai ada kemiripan dengan virus korona Wuhan. Namun demikian, meski keduanya memiliki risiko kematian, tetapi SARS dinilai lebih mematikan daripada korona.
Menurut Daeng, dugaan itu muncul karena dari 800-an orang yang terjangkit di China, hanya 25 orang yang dikatakan meninggal. Hal tersebut tentu berbeda dengan kasus SARS, dimana dari ribuan orang yang terjangkit penyakit itu, ribuan orang pula yang mengalami kematian.
“Artinya keparahan dalam menimbulkan kematian itu beda. Jadi virus sekarang ini kefatalannya rendah. Dan itu pun kematiannya tidak tunggal karena virus ini, tetapi karena ada penyakit yang menyertai,” ungkapnya.
Ia juga menyebut gejala yang timbul dari kedua penyakit itu sama, dimulai dari pilek, batuk, nyeri otot dan sesak napas. Tetapi, keparahan kedua penyakit yang berasal dari hewan itu berbeda.
Daeng menambahkan, virus korona dari Wuhan dicurigai bermula dari makanan sup ular di China. Sebab, virus tersebut ditenggarai menular antar hewan pada awalnya.
“Ular itu dicurigai makan kelelawar dan binatang lainnya, sehingga pencegahannya di Indonesia juga bisa dengan tidak mengkonsumsi hewan itu dulu,” katanya.
Daeng menegaskan, di Wuhan makanan tersebut memang umum. Namun demikian, ia tak menampik bahwa hewan serupa juga dikonsumsi di Indonesia, meskipun jumlahnya tak sebanyak di China.
Menurutnya, di Indonesia penularan atau terjangkitnya virus korona memang belum tentu dengan cara makan makanan tersebut. Akan tetapi, ia mengimbau agar masyarakat Indonesia menghindari makanan seperti itu saat ini.
“Cara penularan lain memang bisa dari manusia ke manusia. Jadi untuk mencegah penularan, hindari sentuhan intens dan percikan ludah, sehingga tak terhirup atau tersentuh,” ucapnya.
Selain waspada pada hewan tertentu seperti ular, ia juga meminta masyarakat untuk mengindari kontak dengan mereka. Bahkan, Daeng juga menyarankan untuk tidak bepergian ke Wuhan, meskipun perjalanan itu dirasa penting. Sebab, untuk menghindari hal yang tak diinginkan terkait penularannya.
Lebih jauh, menurutnya, menjaga kesehatan tubuh dengan makan makanan teratur dan sehat juga bisa menguatkan daya tahan tubuh, sehingga bisa melemahkan virus tersebut. Akan tetapi, tetap saja ia meminta untuk tetap waspada dan tidak panik. “Bisa mencegahnya dengan masker, dan memang makanan harus bagus dan istirahat yang cukup,” katanya. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Rmol.id