Samanhudi Pelindung dan Pengayom Pribumi
Surakarta dikenal sebagai kota budaya.
Jejak-jejak kebudayaan itu masih berdiri tegak, mulai dari keberadaan keraton Kasunanan Surakarta hingga keindahan kain batik.
Industri batik tulis dan cap bahkan masih dipertahankan di Kota ini. Salah satu wilayah yang menjadi urat nadi industry batik di Surakarta adalah adalah Laweyan.
Sejarah mencatat, pada awal abad ke 20 Laweyan tidak hanya terkenal sebagai penghasil kain batik berkualitas tinggi. Laweyan juga menjadi motor pergerakan nasional.
Di Kota inilah Sarekat Islam, organisasi terbesar di awal abad ke 20 lahir dan mengawali gelombang pergerakan nasional.
——————————————–
Berdinya Sarekat Islam tidak lepas dari situasi Sosial Politik yang melatarbelakanginya. Martabat kaum pribumi dirampas oleh Penjajah Belanda.
Pemerintah Kolonial Belanda dengan membagi status hukum penduduk negeri ini berdasarkan bangsanya menjadi tiga kelompok. Yaitu Golongan Eropa, golongan Timur Asing dan terakhir adalah golongan Pribumi.
Pembagian status hukum ini membawa dampak sosial yang besar. Kaum pribumi menjadi bangsa yang dinilai rendah di negeri ini.
Sebaliknya, bangsa eropa dan bangsa timur asing seperti China dan keturunannya mendapat berbagai perlakuan yang lebih istimewa. Pemerintah kolonial jua mengeluargan berbagai aturan yang sengaja membuat kaum muslim terbelakang
Diskriminasi terjadi di mana-mana, kaum pribumi harus selalu menunduk pada orang-orang Eropa. Yang sangat menyakitkan kaum pribumi diangagp tidak lebih tinggi derajatnya dari anjing dan kambing.
di depan pintu atau bagian depan rumah orang eropa, dikantor pemerintahan dan difasilitas unmum sengaja dipasang tulisan yang merendahkan pribuimi.
“Verboden voor honden en inlander” (Dilarang masuk anjing dan pribumi).
Diskriminasi ini sampai terdengar ke telinga Sultan Turki Usmani.
“Pemerintahan kolonial Belanda bukan hanya tidak bisa menjamin kebahagiaan warga pribumi, bahkan memperlakukan mereka seperti binatang. Banyak terjadi berbagai penganiayaan dan diskriminasi terhadap kaum Muslim dan dirampas hak-hak sipilnya. Tidak ada kesetaraan antara Muslim dan Kristen dalam hukum.
Misalnya, kaum Muslim hanya dapat tinggal di jalan-jalan tertentu dan diperbolehkan berpakaian lokal saja, bertelanjang dada, dan berjalan tanpa alas kaki. Mereka layaknya kambing (gembel) yang terlunta-lunta di kota-kota besar…..”
Ketika mereka bertemu orang-orang Kristen di jalan-jalan, mereka harus berlutut dan memberi hormat. Selain di Batavia dan Surabaya, jika ada seorang Kristen memakai topi di trem, kaum Muslim tidak boleh naik bersamanya. Mereka juga dilarang memiliki mobil gaya Eropa. Umat Islam dianggap sebagai tawanan oleh Belanda dan orang Kristen.
Jika seorang wanita yang bersuami atau gadis perawan diambil dari suaminya atau rumah ayahnya maka tidak ada otoritas atau pengadilan di mana suami atau ayah bisa menuntut terhadap orang Kristen demi melindungi kehormatan dan harga dirinya.
Kaum Muslim yang hanya memiliki satu pilihan yaitu meninggalkan tempat tinggal secara diam-diam. Anak-anak mereka juga terhalang untuk masuk sekolah sehingga terkendala mendapatkan pendidikan dan pengajaran
Selain itu, orang-orang pribumi tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan kaum Muslim dari negara-negara lain.
Ketimpangan sosial, hingga perendahan martabat kaum pribumi menggguhah nurani Haji Samanhudi. Saudagar Batik yang tumbuh dengan didikan pendidikan Islam ini mengambil inisiatif untuk ‘mengawali’ pergerakan.
Ketatnya pengawasan Belanda pada aktifitas kaum pribumi, membuatnya harus memutar otak dalam memulai pergerakan.
Untuk menghindari kecurigaan pemerintah kolinial, ia membentuk sebuah embrio gerakan yang ia berinama Rekso Rumekso. Kelompok ini sejatinya gerakan strategis dan bergerak taktis.
Rekso Rumekso bergerak di berbagai lini sosial, mulai dari memberikan santunan kepada kaum pribumi hingga memberikan jaminan keamanan dari berbagai macam teror yang terjadi.
Seperti diharapkan, meskipun memancing kecurigaan pemerintah colonial dan sentiment orang-orang china yang berlindung di balik ketiak penjajah, mereka hanya mengetahui rekso rumekso sebagai perkumpulan ronda.
Pada suatu titik, Samanhudi menilai sudah saatnya rekso rumekso menjelma menjadi perkumpulan yang lebih besar agar peran dan dampak perkumpulan itu semakin luas.
Ia pun menggalang berbagai saran dan merangkul sahabat-sahabatnya untuk suatu perkumpulan yang lebih terorganisir dan terstruktur, sekaligus menegaskan bahwa Islam menjadi jatidiri perkumpulannya.
Haji Samanhudi Akan berikhtiar, agar anggota Sarekat Islam satu sama lain bergaul seperti saudara, hidup rukun dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum muslimin. Selain itu, anggota anggota sarekat Islam harus berikhtiar mengangkat derajat, agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi hukum.
Pengaruh Samanhudi menjadi katalisator pada perkembangan awal Sarekat Islam. Pribadinya yang lengkap sebagai elit pribumi, haji dan saudagar besar memudahkan organisasi ini berkembang dengan cepat sejak awal kemunculannya.
Simak video documentary ini selengkapnya ….