(IslamToday ID) — Seorang komandan kapal perang Amerika Serikat (AS) di pesisir Coronado merasa sakit dan akhiranya dipulangkan ke rumah selama beberapa hari. Namun, Sepuluh hari kemudian, sembilan prajurit Angkatan Laut AS di dalam kapal perang tersebut dinyatakan positif menjangkit COVID-19.
Naasnya, Kapal yang dimaksud merupakan Kapal Induk Nuklir Amerika Serikat (AS), USS Theodore Roosevelt, di mana virus ini telah mengganas dan menjangkiti 100 orang lebih positifterinfeksi. Dan Kapten kapal tersebut minta bantuan pemerintah karena wabah telah mengganas di kapalnya
Angkatan Laut AS sangat terpukul. Pada hari Kamis, Angkatan Laut mengumumkan bahwa mereka menghentikan misi kapal induk nuklir, USS Theodore Roosevelt, setelah 25 prajurit di atas kapal dinyatakan positif virus, dan saat ini jumlah tersebut meningkat menjadi hampir 100 diantaranya terjangkiti menurut San Francisco Chronicle.
Kaptem Brett Crozier, dalam suratnya kepada Pentagon, meminta agar 5.000 personel awak kapal diisolasi sepenuhnya untuk menghentikan penyebaran wabah COVID-19. “Ini akan membutuhkan solusi politik tetapi ini adalah hal yang benar untuk dilakukan,” tulis Crozier.
“Kami tidak berperang. Pelaut tidak perlu mati. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita gagal untuk merawat dengan baik aset kita yang paling tepercaya—Pelaut kita. (SindoNews Internasional)
Kapten kapal induk nuklir ini meminta para pejabat Angkatan Laut AS untuk sumber daya yang cukup untuk memungkinkan melakukan isolasi seluruh krunya dan menghindari kemungkinan kematian dalam situasi yang ia gambarkan “memburuk dengan cepat”.
“Meskipun kapal mungkin memiliki personel terbatas yang telah dinyatakan positif COVID, semua personel yang berada dalam kontak dekat dengan kasus positif harus ditempatkan dalam status Pembatasan Gerakan (ROM) dan akan tetap jauh dari kapal selama 14 hari untuk melindungi kru dan mencegah penyebaran virus, “kata Crozier.
“Ketika kita memerangi COVID-19, kita tetap meninjau setiap operasi, latihan, dan pelatihan untuk memastikan bahwa misi ini penting untuk kesiapan berperang, dan sambil mempertimbangkan risiko misi dan risiko untuk dipaksa. Ketika kami menyeimbangkan risiko ini untuk dipaksakan dengan persyaratan misi, Angkatan Laut tidak akan menempatkan komandan atau kru mereka dalam situasi yang tidak perlu ini.”
Tanggapan Pentagon
Seperti yang diberitakan, perintah datang langsung dari Gedung Putih melalui Menteri Pertahanan AS Mark Esper, yang mengatakan kepada oara wartawan pada 24 Maret bahwa komandan dan senior tamtama akan menentukan tindakan apa yang diberlakukan pada situasi ini.
“Namun, pada akhirnya, mengingat semua skenario dan faktor berbeda yang sedang kita hadapi, saya percaya pada komandan kami dan personel senior kami untuk melakukan hal yang benar khusus untuk unit Anda, untuk situasi Anda, untuk misi Anda-ditujukan pada Awak Kapal USS Theodore Rosevelt” ujar Esper.
Ia menambahkan bahwa” itu tergantung pada komandan dan NCO senior untuk membuat keputusan yang tepat dan relevan dengan situasi mereka untuk memastikan bahwa kami melindungi orang-orang kami sementara pada saat yang sama menjaga kesiapan misi.”
Militer Amerika Serikat berada dalam situasi sulit, pungkas Dr. Dean Winslow, seorang spesialis penyakit menular dari Universitas Stanford.
Tetapi pendekatan yang diambil oleh Esper dan bawahannya, memungkinkan komandan garis terdepan untuk membuat keputusan yang berlaku untuk unit mereka sendiri, dan ini tidak disarankan, kata Winslow.
“Mengenakan seragam tidak melindungi Anda dari keadaan darurat kesehatan masyarakat ini,” pungkasnya.
“Militer memang memiliki staf ahli epidemiologi yang unggul. Dan sebagai seseorang yang telah menjabat sebagai komandan, saya tidak suka dikelola mikro. Tapi ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, jadi itu benar-benar bukan tempat untuk memungkinkan komandan garis untuk membuat keputusan medis dan kesehatan masyarakat. ”
Sebagian dari apa yang telah menciptakan tanggapan yang berbeda di seluruh militer adalah sifat virus yang dihadapi: Satu yang secara signifikan lebih mematikan dan berbahaya dari wabah sebelumnya, ujar Bryan Clark, pensiunan perwira kapal selam dan rekan senior di The Hudson Institute.
“Rencana biasanya jika Anda mendapatkan seseorang dengan penyakit menular, Anda melakukan hal-hal normal yang telah kami lakukan: Anda melakukan jarak sosial, Anda mengkarantina mereka, dan Anda berharap itu tidak membuat jalan yang melalui para kru,”
Menurutnya. “Penyakit khusus ini memiliki kombinasi umur panjang, kemampuan menular, dan bahaya: kombinasi itu berbeda dari apa yang kami temui dalam setiap wabah besar sebelumnya.”.
Dalam hal ini kasus penyebaran Covid yang telah mengganas dan membuat komandan kapal ini meminta kru untuk dipulangkan.
“Dalam hal ini, orang-orang sakit dan Anda tidak yakin seberapa buruk itu akan terjadi. Anda tidak ingin membiarkan virus itu menjangkiti para kru, dan saat ini Komandan Kapal Itu ingin mengeluarkan mereka (Para Kru) dari kapal.” Imbuh Bryan Clark
Pentagon Tokak Pulangkan Kru
Kepala Operasi Militer Angkatan Laut AS, Laksamana Mike Gilday menanggapi peningkatan jumlah penderita akhir pekan lalu dan mengatakan Angkatan Laut menanggapi “ancaman ini dengan sangat serius” dan bekerja untuk mengisolasi kasus-kasus positif untuk menghentikan penyebaran.
Gilday berjanji untuk meningkatkan tingkat pengujian dan mengisolasi pelaut yang terinfeksi. Dia menekankan bahwa dua prioritas utama adalah merawat para pelaut mereka dan mempertahankan “kesiapan misi.”
“Kami yakin bahwa respons agresif kami akan menjaga A.S. Theodore Roosevelt dapat menanggapi setiap krisis di wilayah ini,” tandas Gilday.
Menonaktifkan sebagian besar personel dari kapal induk nuklir AS yang dikerahkan dan mengisolasi mereka selama dua minggu mungkin tampak seperti tindakan luar biasa… Ini risiko yang perlu,” pungkasnya yang dilansir Selasa (31/3/2020).
Sekretaris Angkatan Laut, Kementerian Pertahanan AS, Thomas Modly mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa semua personel akan tetap berada di kapal selama pandemi COVID-19.
“Tidak seorang pun di kru akan diizinkan untuk meninggalkan tempat lain ke Guam selain di pierside. Kami sudah dalam proses tes 100 persen dari kru untuk memastikan bahwa kami sudah mendapatkan yang terpapar,” ujar Modly.
Kapten Brett Crozier mengakui bahwa jika AS berperang maka para pelaut harus tetap di kapal.
“Tapi kita tidak berperang, dan karena itu tidak dapat membiarkan seorang pelaut pun binasa akibat pandemi ini, sesuatu yang tidak perlu,” imbuhnya.
Penulis: R. Syeh Adni