(IslamToday ID) – Pandemi corona benar-benar telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian dunia. Hampir 500 juta orang berada di jurang kemiskinan karena perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai langkah penanggulangan, menjelang tiga pertemuan ekonomi penting pekan depan, Oxfam sudah meminta negara-negara kaya untuk segera bertindak dengan membantu negara berkembang. Jika hal itu tidak dilakukan, maka menjadi kemunduran dalam pertarungan melawan kemiskinan yang sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun.
“Dampak ekonomi pandemi dirasakan oleh semua orang di seluruh dunia, tapi masyarakat miskin di negara miskin yang sehari-hari sudah kesulitan untuk bertahan hidup hampir tidak memiliki jaring pengaman untuk menghentikan mereka jatuh ke jurang kemiskinan,” kata Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Oxfam, Jose Maria Vera, Kamis (9/4/2020).
Dalam laporan yang berdasarkan penelitian King’s College London dan The Australian National University, Oxfam memperingatkan sekitar 6-8 persen populasi dunia terancam jatuh pada garis kemiskinan. Sebab pemerintah menutup hampir seluruh sektor perekonomian mereka demi menahan laju penyebaran virus corona.
Oxfam mencontohkan karantina wilayah di negara-negara Barat yang menyebabkan lebih dari 1 juta buruh garmen Bangladesh yang 80 persennya perempuan diberhentikan atau dirumahkan tanpa pesangon. Karena banyak pesanan di pabrik-pabrik tempat mereka bekerja dibatalkan atau ditunda.
Oxfam meminta pemimpin-pemimpin dunia untuk menyepakati paket bantuan ekonomi demi membantu negara dan masyarakat miskin. Menteri Keuangan negara-negara Group 20 akan menggelar pertemuan pekan depan, begitu pula International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia.
Salah satu langkah yang Oxfam rekomendasikan adalah menunda pembayaran utang negara-negara berkembang senilai 1 triliun dolar AS pada tahun 2020 ini. Dengan langkah itu pemerintah Ghana dapat memberikan bantuan tunai 20 dolar AS per bulan kepada 16 juta anak-anak, difabel, dan orang lanjut usia selama enam bulan.
1 Juta Pekerjaan Hilang
Sementara, di Kanada mencatatkan rekor kehilangan 1 juta pekerjaan pada Maret dan peningkatan jumlah pengangguran menjadi 78 persen. Kebijakan lockdown disebut sebagai salah satu penyebab tingginya angka pengangguran, karena sejumlah bisnis telah ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona.
“Ini hal buruk yang bisa terjadi,” ujar Wakil Presiden Ekonomi Pasar Modal di Scotiabank, Derek Holt.
Kanada, salah satu negara terbesar di dunia yang terletak di Benua Amerika Utara memiliki luas wilayah 9.984.670 km2. Namun, walau memiliki wilayah yang luas, penduduk Kanada tidak banyak.
Data 2018, penduduk Kanada hanya 35,88 juta jiwa dan menduduki peringkat ke-39 di antara negara-negara di dunia. Walau demikian, hantaman corona ini tetap membuat negara itu harus memiliki pertambahan jumlah pengangguran.
Sejak 15 Maret, lebih dari 5 juta warga Kanada telah mengajukan bantuan darurat federal bagi pengangguran. Berdasarkan data pemerintah, tingkat pengangguran yang nyata mendekati 25 persen. Energi merupakan salah satu sektor yang paling terpukul karena berkurangnya permintaan minyak.
Negara-negara OPEC dan para sekutu sepakat untuk memangkas produksi minyak sebesar 10 juta barel per hari. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan, perekonomian Kanada bisa kembali pulih setelah masa virus corona berakhir atau vaksin corona ditemukan.
“Normalitas seperti sebelumnya tidak akan kembali secara penuh hingga kita mendapatkan vaksin, dan ini masih sangat panjang,” ujar Trudeau.
Pemerintah dijadwalkan menggelar pertemuan dengan House of Commons pada Sabtu untuk membahas langkah-langkah penyelamatan ekonomi, termasuk subsidi upah senilai 73 miliar dolar Kanada.
Krisis ini membuat Kanada limbung. Tetapi Trudeau optimistis semua akan membaik lagi. Dalam pidatonya yang ia unggah di sosial media Twitter, Trudeau menyemangati masyarakat Kanada dalam menghadapi wabah ini. Wabah virus corona layak untuk menjadi perhatian tetapi bukan berarti membuat orang putus asa.
“Di sini tidak diragukan lagi, ini adalah masa-masa sulit, tetapi sebagai negara kita telah melewati masa-masa sulit sebelumnya. Kami berdiri bersama, bersatu dan kuat, karena itulah yang kami lakukan sebagai orang Kanada. Dan itu akan selalu menjadi jalan kita ke depan, tidak peduli apa yang akan terjadi besok,” ujar Trudeau, Jumat (10/4/2020). (wip)
Sumber: Rmol.id, Republika.co.id