(IslamToday ID) – Masyarakat Jepang patut berbangga dan berbahagia. Di tengah lilitan ekonomi global, mereka sedikit bisa bernapas lega. Pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe membagikan uang tunai semacam bantuan langsung tunai (BLT) di Indonesia untuk mengatasi dampak virus corona.
Dikutip dari Kyodo News, setiap penduduk Jepang mendapat dana sebesar 100.000 yen atau setara Rp 14,5 juta. Bedanya, BLT ini diberikan kepada seluruh warga, tanpa membedakan kaya atau miskin.
Sebelumnya, Abe menawarkan skema BLT berupa pemberian dana tunai sebesar 300.000 yen (Rp 43,5 juta), namun terbatas hanya kelompok penduduk paling miskin. Namun skema ini ditolak, bahkan oleh partai koalisi pemerintah sendiri, karena dianggap terlalu sedikit menjangkau warga.
Selain itu, proposal awal BLT yang disodorkan pemerintah dianggap terlalu rumit dan berbelit-belit. Karena dalam skema awal, penduduk Jepang harus bisa membuktikan dulu terdampak virus corona secara ekonomi, baru bisa mendapat BLT dari pemerintah.
“Kami membutuhkan langkah yang akan memberi manfaat bagi lebih banyak orang,” kata PM Shinzo Abe dalam pertemuan dengan Gugus Tugas Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona.
Pemberian BLT sebesar 100.000 yen bagi setiap penduduk ini menelan anggaran tiga kali lebih besar dibandingkan skema awal. APBN Jepang harus menggelontorkan dana 12 triliun yen, dibandingkan pemberian BLT secara terbatas yang hanya butuh anggaran 4 triliun yen.
Lonjakan pengeluaran ini membuat pemerintahan Abe harus mengajukan perubahan APBN 2020. Hal ini akan dimintakan persetujuannya ke parlemen pada Senin (27/4/2020).
Persetujuan hampir pasti akan diterima Abe, mengingat partai-partai koalisi pemerintah sudah mendukung langkah ini. Termasuk dari Sekjen Partai LDP Jepang, Toshihiro Nikai.
“Ada permintaan mendesak untuk proposal seperti pembayaran 100.000 yen untuk semua orang,” kata Nikai.
“Saya sangat mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan cepat atas apa yang dapat dilakukannya,” tambahnya.
Sementara itu, angka infeksi corona di Jepang telah melampaui 10.000 per Sabtu (18/4/2020). Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo pun terkena dampaknya. Penutupan itu dimulai sejak Jumat (17/4/2020) hingga waktu yang belum ditentukan, menurut keterangan resmi KBRI Tokyo.
“Menimbang peningkatan angka penderita Covid-19 di Jepang, khususnya Tokyo, serta sesuai dengan arahan Pemerintah Metropolitan Tokyo, maka Kedutaan Besar RI di Tokyo tutup mulai Jumat 17 April 2020,” demikian keterangan resmi KBRI Tokyo.
Pembukaan layanan konsuler dari KBRI Tokyo akan kembali dibuka setelah mempertimbangkan situasi yang berkembang di kemudian hari. Selain pelayanan WNI, dari pantauan koresponden VIVAnews di Tokyo, aktivitas keseharian perkantoran juga tutup di KBRI Tokyo.
Meski demikian, KBRI Tokyo terus melakukan pelayanan kepada warga Indonesia yang bermukim di Jepang melalui layanan telepon atau media sosial dan internet.
Pemerintah Jepang memutuskan untuk memperluas pemberlakuan keadaan darurat menjadi di seluruh prefektur (provinsi) Jepang. PM Abe pada Kamis (16/4/2020) mengatakan penetapan keadaan darurat di seluruh prefektur Jepang bertujuan untuk mencegah penyebaran baru virus corona.
Hingga Sabtu (18/4/2020), total warga Jepang yang terinfeksi virus corona mencapai 10.561 orang dan 220 orang meninggal dunia. Dan 1.657 orang yang berhasil sembuh. Tokyo masih menempati urutan pertama dengan jumlah orang yang terinfeksi mencapai 2.975. (wip)