(IslamToday ID) – Arab Saudi terpaksa harus menggunakan kekuatan militernya sendiri untuk melindungi instalasi minyaknya di timur negara itu dari serangan pemberontak Houthi Yaman. Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) telah menarik dua baterai sistem rudal Patriot-nya dari wilayah kerajaan tersebut.
Media Saudi, Al-Arabiya melaporkan pada Senin (11/5/2020) bahwa Riyadh akan mengerahkan baterai sistem rudal Patriot Advanced Capabilities-3 (PAC-3) miliknya sendiri ke provinsi timur yang kaya minyak untuk menggantikan rudal baterai sistem rudal surface-to-air Patriot AS. Ini dimaksudkan untuk melindungi aset darat dari serangan rudal dan pesawat musuh.
Sistem rudal PAC-3 sering digunakan oleh Saudi untuk mencegat atau mengintersepsi rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan oleh pemberontak Houthi Yaman ke wilayah Saudi.
Mengutip Al-Arabiya, Selasa (12/5/2020), AS memutuskan untuk menarik dua dari empat baterai sistem rudal Patriot dari Pangkalan Udara Prince Sultan (Pangeran Sultan), sekitar 80 km selatan Riyadh. Dua sisanya akan tetap berada di pangkalan tersebut.
AS mengerahkan empat baterai sistem misil itu ke Kerajaan Arab Saudi pada akhir September lalu setelah serangkaian serangan drone bersenjata dan rudal yang menargetkan dua fasilitas minyak Saudi di Abqaiq dan Khurais.
Serangan terhadap fasilitas Saudi Aramco menyebabkan lonjakan harga minyak pada saat itu.
Kelompok Houthi Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi Saudi dan AS menyalahkan Iran. Teheran membantah tuduhan tersebut.
Ali Shihabi, pendiri Arabia Foundation, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa penarikan dua baterai sistem misil Patriot AS tidak mempengaruhi hubungan kedua negara. “Penarikan hanya dua baterai Patriot yang dibawa untuk melindungi dua skuadron jet tempur Amerika yang sedang dirotasi,” katanya.
Pekan lalu, Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa Washington menarik beberapa baterai sistem rudal Patriot, karena beberapa pejabat Washington merasa bahwa Iran tidak lagi menjadi ancaman langsung bagi kepentingan strategis AS.
WSJ lebih lanjut melaporkan bahwa selain menarik sistem rudal Patriot dan lusinan personel militer, AS juga mempertimbangkan untuk mengurangi kehadiran tentara Angkatan Laut-nya di Teluk. Bahkan, Washington telah memerintahkan militernya untuk relokasi dua skuadron jet tempur dari wilayah itu.
Hubungan Washington dan Riyadh yang secara tradisional hangat menjadi tegang dalam beberapa pekan terakhir, yang sebagian besar disebabkan oleh jatuhnya harga minyak akibat perang harga antara Saudi dengan Rusia.
“Kami melakukan banyak langkah di Timur Tengah dan di tempat lain. Kami melakukan banyak hal di seluruh dunia. Secara militer kami telah mengambil keuntungan dari seluruh dunia,” kata Presiden Donald Trump pada Kamis lalu saat mengomentari penarikan sistem rudal dari Saudi.
“Ini tidak ada hubungannya dengan Arab Saudi. Ini berhubungan dengan negara lain, terus terang, jauh lebih banyak,” ujarnya.
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengklaim penarikan sistem rudal Patriot tidak menandakan penurunan dukungan Washington kepada Riyadh dan tidak terkait dengan perang minyak.
Pompeo mengatakan AS masih menganggap Iran sebagai ancaman. “Baterai Patriot itu sudah ada untuk beberapa waktu. Pasukan itu perlu pulang. Ini adalah rotasi kekuatan yang normal,” ungkapnya. (wip)