(IslamToday ID) – Pencaplokan wilayah Tepi Barat, Palestina oleh Israel sepertinya bakal mendekati kenyataan. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyatakan Israel tidak akan melewatkan peluang historis memperluas kedaulatannya ke wilayah Tepi Barat.
Ia menyebut langkah itu sebagai salah satu prioritas pemerintahan barunya. Palestina menganggap langkah itu sebagai pencaplokan ilegal tanah yang hendak menjadi bagian dari negara masa depan.
Pekan lalu, Palestina mendeklarasikan penghentian kerja sama keamanan dengan Israel dan aliansinya, Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk protes atas rencana wilayah itu.
Netanyahu berjanji menempatkan permukiman Yahudi dan Lembah Yordan di Tepi Barat dalam kedaulatan Israel. Ia menetapkan 1 Juli sebagai tanggal dimulainya diskusi kabinet tentang isu itu.
Isu itu juga membunyikan peringatan di Uni Eropa (UE).
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo menyebut masalah itu kompleks dan memerlukan koordinasi dengan Washington.
Saat rapat anggota parlemen dari Partai Likud, Netanyahu menyebut langkah di Tepi Barat itu sebagai yang paling penting dalam banyak tugas pemerintahannya.
“Kita memiliki peluang historis, yang tidak ada sejak 1948, untuk menerapkan kedaulatan yudisial sebagai langkah diplomatik di Judea dan Samaria,” katanya menyebut tahun kelahiran Israel dan penggunaan nama alkitab untuk Tepi Barat.
“Ini peluang besar dan kita tidak akan membiarkan itu lewat,” ujarnya sehari setelah dimulainya pengadilan korupsi terhadapnya.
Rencana pencaplokan Tepi Barat yang diutarakan Netanyahu tersebut langsung ditentang oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Ia menegaskan tidak ada yang bisa merebut tanah Palestina dari orang-orang Palestina.
“Kami tidak akan membiarkan tanah Palestina ditawarkan kepada siapapun. Saya ingin menegaskan kembali bahwa al-Quds Al-Sharif, situs suci tiga agama dan kiblat pertama kami, adalah garis merah untuk semua muslim di seluruh dunia,” kata Erdogan seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (25/5/2020).
“Jelas bahwa tatanan global telah lama gagal menghasilkan keadilan, perdamaian, ketenangan, dan ketertiban. Minggu lalu kami menyaksikan bahwa proyek pendudukan dan aneksasi baru, yang mengabaikan kedaulatan Palestina dan hukum internasional diberlakukan oleh Israel,” sambungnya.
Rencana Netanyahu juga ditentang oleh Vatikan dengan menyatakan keprihatinannya atas rencana Israel untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki. Vatikan menyatakan penghormatan terhadap hukum internasional dan resolusi PBB adalah elemen yang sangat diperlukan bagi Israel dan Palestina untuk hidup berdampingan.
“Kami mengikuti situasi ini dengan cermat dan menyatakan keprihatinan tentang tindakan di masa depan yang dapat lebih lanjut membahayakan dialog,” kata Vatikan seperti dilansir Arab News pada Minggu (24/5/2020).
Vatikan menyatakan harapan bahwa resolusi dapat segera ditemukan melalui pembicaraan langsung, sehingga perdamaian akhirnya tercapai di Yerusalem, yang begitu dicintai oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan muslim. (wip)