(IslamToday ID) – Government of National Accord (GNA) atau Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang didukung PBB telah mengendalikan penuh Tripoli setelah berhasil merebut kembali bandara ibukota. Seperti diketahui, pasukan Jenderal Khalifa Haftar telah mengepung kota itu sejak April 2019.
Dukungan militer yang intensif dari Turki telah membantu pasukan pemerintah mengusir pasukan Haftar yang didukung Rusia.
Upaya diplomatik baru sedang dilakukan untuk mencoba memulai kembali perundingan soal gencatan senjata abadi di negara kaya minyak itu.
Perebutan kembali bandara internasional di Tripoli adalah kemenangan simbolis terkuat bagi pemerintah Libya. Demikian dilaporkan BBC, Jumat (5/6/2020).
Libya telah hancur akibat perang sejak digulingkannya Kolonel Muammar Gaddafi pada tahun 2011 oleh pasukan yang didukung NATO.
Pentingkah GNA Merebut Kembali Tripoli?
Sejumlah rintangan besar untuk menyelesaikan konflik di Libya adalah keterlibatan banyak negara secara langsung, suplai senjata meskipun ada embargo PBB, dan keyakinan bahwa pemenang perang adalah pemilik kekuasaan.
Pergeseran kekuatan internal seringkali hanya singkat hingga pertempuran berikutnya bergulir.
Pertempuran singkat dan berlarut-larut Libya telah silih berganti selama bertahun-tahun dan tidak peduli siapa yang menang, karena sejauh ini tidak ada perubahan.
Pasukan GNA berhasil merebut kembali Tripoli setelah selama setahun dikuasai pasukan Haftar. Ini terjadi setelah pasukan GNA mendapat dukungan militer secara terbuka dari Turki.
Seperti terulang kembali berbagai konflik Libya setelah jeda perang, ada jeda, pengelompokan kembali, dan pembicaraan politik, sering diikuti oleh aliansi kelompok bersenjata baru dan pertempuran lain.
Resolusi jangka panjang pada akhirnya berada di tangan Libya, serta tekad untuk mengakhiri pertumpahan darah dan perebutan kekuasaan.
Sebuah sumber militer menyatakan pasukan Haftar yang pangkalannya berada di kota timur Benghazi, mundur dari semua pinggiran Kota Tripoli. Demikian dilaporkan kantor berita Reuters.
Laporan GNA bulan lalu menyatakan bahwa tentara bayaran dari kelompok Wagner Rusia yang telah membantu pasukan Haftar, sedang dievakuasi dari Libya. Namun kabar ini belum bisa dikonfirmasi.
Pada awal Mei, sebuah laporan PBB yang bocor menyatakan bahwa ratusan tentara bayaran dari Grup Wagner, yang dikelola oleh Yevgeny Prigozhin rekan dekat Presiden Putin, beroperasi di Libya. Pasukan Haftar didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir, sedangkan GNA didukung oleh Turki, Qatar, dan Italia. [wip]