(IslamToday ID) – Belum reda pandemi virus corona (Covid-19), Rusia kini menghadapi masalah baru. Lebih dari 20.000 ton minyak tumpah di dekat Kota Norilsk, Siberia akibat kebocoran dari pembangkit listrik.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun menetapkan status darurat bencana pada Kamis (4/6/2020) untuk mencegah dampak yang lebih parah.
Aktivis lingkungan menyebut peristiwa ini menjadi kecelakaan terparah di wilayah Kutub Utara (Arktik).
Sebanyak 6.000 ton minyak meluber ke permukaan tanah dan 15.000 ton sisanya masuk ke sungai-sungai yang berakhir di Laut Arktik.
Bencana lingkungan itu sebenarnya telah terjadi sejak tepat seminggu lalu, yakni Jumat (29/5/2020).
Penanganan yang lambat dari pengelola pembangkit listrik tersebut, Norilsk Nickel membuat Putin marah besar.
Ia mengkritisi habis-habisan perusahaan tambang nikel itu dan menyuruh orang yang tepat untuk menanganinya pada Rabu (3/6/2020).
Greenpeace Rusia menyatakan insiden sebesar ini menjadi yang pertama di Arktik jika dibandingkan dengan Exxon Valdez di Alaska pada 1989.
Komite Penyelidikan Rusia menyebut bahwa pengawas pembangkit listrik telah ditahan dan akan segera disidang. Ia akan dijerat dengan tiga tuduhan terkait pencemaran lingkungan dan pelanggaran standar keamanan.
Belum diketahui, apakah ada kemungkinan para pegawai di sana juga akan terjerat hukuman atau tidak.
Juru Bicara Pemerintah Rusia untuk Badan Penyelamatan Laut, Andrei Malov mengatakan bala bantuan telah sampai di lokasi yang terpencil pada Kamis.
Mereka akan berupaya membersihkan tumpahan minyak di laut mulai akhir pekan ini. “Tak pernah ada tumpahan minyak di Laut Arktik sebelumnya. Ini harus segera diselesaikan dengan cepat karena minyaknya larut ke dalam air,” tuturnya.
Minyak mengalir dari Sungai Ambarnyata ke Danau Pyasino, badan air yang paling luas, menuju Sungai Pyasina dan berakhir di Semenanjung Taimyr.
Juru Bicara Badan Nelayan Rusia, Dmitry Klokov menyebut bahwa pemulihan dari daerah aliran sungai (DAS) yang tercemar minyak butuh waktu berpuluh-puluh tahun. “Ukuran bencana ini telah diremehkan,” ujarnya pada media lokal TASS.
Ia menambahkan bahwa tumpahan bahan bakar itu telah tenggelam ke dasar sungai dan mencapai danau.
Menurut Malov, Badan Penyelamatan Laut telah memasang 6 jaring penahan tumpahan minyak di Sungai Ambarnaya agar tak mengalir ke danau dan menggunakan alat khusus untuk menyingkirkannya.
Sayangnya, misi pembersihan terkendala oleh akses jalan yang minim dan cuaca berangin di wilayah tersebut. Situasi ini membuat balok-balok es di atas sungai melewati penahan dan meloloskan tumpahan minyak ke danau. “Ini wilayah yang berawa dan semua hal hanya bisa dikirim lewat kendaraan darat,” ujar Malov. [wip]