(IslamToday ID) – Presiden Mali Ibrahim Baubacar Keita telah bertemu pemimpin gerakan demonstrasi yang menggerakkan ribuan orang turun ke jalan, Mahmoud Dicko.
Sebuah video yang diposting di akun Twitter kepresidenan menunjukkan pertemuan antara Presiden Keita dan Dicko, seorang imam dan tokoh terkemuka yang disebut sebagai inisiator gerakan 5 Juni di Ibukota Bamako, Sabtu (4/7/2020).
Itu adalah pertemuan resmi pertama antara keduanya sejak dua demonstrasi digelar bulan lalu.
Demonstrasi sebagai bentuk protes dan keprihatinan mendalam atas serangan oleh kelompok-kelompok bersenjata dan kekerasan antar etnis yang merenggut ribuan nyawa dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka sejak 2012.
“Kami berbicara tentang banyak hal yang menyangkut krisis ini dan negara secara umum. Saya pikir dengan kehendak semua orang dan semua pihak yang terkait, insya Allah kami akan menemukan solusinya,” kata Dicko dalam video, seperti dikutip di Aljazeera, Senin (6/7/2020).
“Peran saya sebagai seorang imam, seperti yang telah saya katakan, mewajibkan saya untuk menjadikan perdamaian sebagai hal yang penting. Perdamaian di negara kita, bagian wilayah kita, dan di dunia,” tambahnya.
Keita, yang telah berkuasa sejak 2013, juga bertemu dengan perwakilan partai politik dengan tujuan untuk meredakan situasi politik.
Tetapi koalisi oposisi yang terdiri dari para pemimpin agama, politisi, dan tokoh masyarakat menyatakan Keita telah mengabaikan tuntutan dari gerakan tersebut.
Tuntutan itu termasuk pembubaran parlemen dan pembentukan pemerintahan transisi yang arahnya akan menunjuk perdana menteri baru.
Koalisi oposisi menyatakan gerakan itu menegaskan kembali tekadnya untuk memperoleh secara sah pengunduran diri langsung kepala negara. Pernyataan itu bertolak belakang pada pertemuan Rabu, dimana para pemimpin demonstrasi menyatakan pengunduran diri Keita tidak lagi menjadi syarat untuk berdialog.
Lambatnya reformasi politik, ekonomi yang lesu, kurangnya anggaran untuk layanan publik dan sekolah-sekolah, serta persepsi korupsi pemerintah yang tinggi telah menambah sentimen anti-Keita.
Demonstrasi bulan lalu merupakan demonstrasi lanjutan pada bulan Mei terhadap hasil pemilihan parlemen yang tertunda sejak Maret, yang dimenangkan partai Keita, karena ada pembatasan akibat pandemi corona.
Presiden berusia 75 tahun itu telah memilih langkah damai dan persatuan nasional sejak demonstrasi dimulai melalui pidato kenegaraan 14 Juni. Namun, para pemimpin demonstrasi menolak tawaran itu.
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Mali telah dilanda konflik sejak 2012 ketika pemberontakan oleh separatis Tuareg meletus dan dengan cepat diambil alih oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Terlepas dari kehadiran ribuan pasukan PBB dan Perancis, konflik telah menyebar ke Mali tengah, tetangga Burkina Faso dan Niger. Sehingga memicu perselisihan antara kelompok etnis dan memicu kekhawatiran bagi negara-negara di wilayah selatan.
Ribuan tentara dan warga sipil telah terbunuh, ratusan ribu orang terusir dari rumah-rumah mereka, dan ekonomi rusak parah. [wip]