(IslamToday ID) – Langkah dan kebijakan Amerika Serikat (AS) untuk memenangkan dominasi global dianggap bisa meningkatkan risiko konfrontasi nuklir di antara kekuatan-kekuatan utama dunia. Langkah Washington itu termasuk menyingkirkan pakta kontrol senjata nuklir yang masih berdiri.
Demikian diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov di forum Primakov Readings, Jumat (10/7/2020). “Saya setuju bahwa risiko nuklir telah meningkat secara substansial di masa lalu,” kata Lavrov.
Menurutnya, alasannya sudah jelas bahwa AS ingin mendapatkan kembali dominasi global dan meraih kemenangan dalam apa yang mereka sebut kompetisi kekuatan besar.
Lavrov mengatakan Washington menolak gagasan “stabilitas strategis” dan menyebutnya sebagai “persaingan strategis”. “Mereka ingin menang,” katanya.
“Kami sangat khawatir tentang penolakan (pakta kontrol senjata nuklir) dua tahunan AS untuk menegaskan kembali prinsip dasar, premis bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir, dan oleh karena itu, seharusnya tidak boleh dilepaskan,” ungkap Lavrov seperti dikutip di Russia Today, Sabtu (11/7/2020).
Diplomat top Rusia itu menyarankan Washington membongkar seluruh mekanisme kendali senjata. Pemerintahan Presiden AS Trump telah menarik tahun lalu dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987, pakta yang melarang kedua belah pihak menempatkan rudal berbasis darat dan jarak menengah di Eropa.
Penarikan diri AS dari pakta itu juga membuat New START (New Strategic Arms Reduction Treaty), pakta yang ditandatangani dengan Rusia pada 2010, dalam bahaya. Perjanjian ini telah jadi tonggak sejarah yang menyaksikan AS dan Rusia mengurangi hulu ledak mereka masing-masing menjadi 1.550 dan peluncur mereka menjadi 800 unit. Perjanjian itu akan berakhir tahun depan, tetapi Lavrov mengatakan pada hari Jumat bahwa ia pesimistis pakta itu akan diperpanjang.
Menurut Lavrov, keputusan AS untuk tidak memperbarui New START sudah merupakan kesepakatan yang telah dilakukan dan nasib pakta tersebut disegel.
Washington menegaskan bahwa pembaruan pembicaraan dilakukan secara trilateral, dengan China ikut serta dalam diskusi. Namun, Beijing mengatakan akan senang untuk mengambil bagian dalam negosiasi, tetapi hanya jika AS bersedia mengurangi persenjataan nuklirnya ke level yang sama dengan yang dimiliki China, atau sekitar 20 kali lebih kecil dari yang dimiliki AS sekarang. [wip]