(IslamToday ID) – Jenderal Serbia Bosnia, Ratko Mladic yang merupakan arsitek genosida Srebrenica masih belum divonis meski peristiwa pembantaian sudah berlangsung 25 tahun lalu.
Pada Juli 1995, pasukan Serbia membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak-anak muslim di Srebrenica dalam beberapa hari. Peristiwa ini dilabeli sebagai genosida oleh dua pengadilan internasional. Peristiwa ini terjadi bersamaan dengan perang 1992-1995 antara warga Kroasia, muslim, dan Serbia yang menewaskan sekitar 100.000 orang.
Mladic dijatuhi hukuman seumur hidup pada 2017 karena genosida dan kejahatan lainnya oleh Pengadilan Pidana Internasional PBB untuk bekas Yugoslavia (ICTY). Kerabat para korban khawatir mantan jenderal yang sekarang sudah tua renta itu mati sebelum diadili dengan seadil-adilnya.
Dilahirkan di Bosnia dan Herzegovina, sebuah etnik yang pernah dipamerkan sebagai contoh persaudaraan dan persatuan di Yugoslavia, Mladic yang kini berusia 77, adalah seorang perwira militer tak dikenal sampai pecahnya kekerasan federasi pada tahun 1991.
Setahun kemudian, ia diangkat sebagai komandan pasukan Serbia Bosnia. Ia melakukan kampanye secara cepat dan tanpa ampun untuk melawan pasukan Bosniak (sebutan untuk orang Bosnia) dan Kroasia yang jauh lebih lemah, merebut petak-petak tanah mereka untuk Serbia.
Serbia, yang secara virtual mewarisi tentara Yugoslavia di Bosnia, menguasai 3/4 negara itu. Pasukannya juga terus melakukan teror terhadap Bosniak dan Kroasia.
Putusan ICTY merinci detail peristiwa mengerikan seperti pembunuhan, pemukulan, pemerkosaan, dan kekejaman lainnya, beberapa di antaranya perintahkan atau saksikan langsung oleh Mladic.
Selama persidangan, Mladic tidak menunjukkan penyesalan. Sebaliknya, meskipun lemah dan kadang-kadang tidak “nyambung”, ia berusaha menampakkan kesombongan yang sama seperti pada saat perang 1992-1995.
“Saya ingin musuh-musuh saya yang banyak agar mati, karena saya masih hidup,” katanya ketika persidangan dibuka delapan tahun lalu, seperti dikutip di Aljazeera, Senin (13/7/2020).
Brutal, Sombong dan Sia-sia
Selama perang Bosnia 1992-1995, Mladic dilaporkan sering memamerkan “kekuatannya” di depan kamera, seperti dengan mengangkat beban atau berjalan di antara tahanan Bosniak yang sudah ketakutan sebelum mereka dibunuh.
“Selamat malam, saya Jenderal Mladic,” katanya saat difilmkan kepada wanita dan anak-anak yang ketakutan menunggu untuk diusir dari rumah mereka di Srebrenica pada Juli 1995.
Bahkan ketika ia berbicara, tentaranya mengumpulkan laki-laki muda yang berbadan sehat untuk diminta berjajar dan dieksekusi.
Seorang diplomat AS di wilayah itu, Christopher Hill, menggambarkan sosok Mladic sebagai orang yang brutal, sombong, dan sia-sia.
Ia menceritakan tentang dialognya pada tahun 1995 dalam upaya untuk meredakan pengepungan Sarajevo, sang jenderal membantai seekor babi untuk menunjukkan kekejamannya.
Ketika perang berakhir beberapa bulan setelah tragedi Srebrenica, Mladic yang saat itu sudah berada di bawah dakwaan ICTY, masih di bawah perlindungan Slobodan Milosevic di Belgrade.
Ada laporan bahwa ia menghadapi pasukan bersenjata Inggris saat bermain ski dengan pengawalnya di pegunungan di atas Sarajevo dan menghadiri pertandingan sepakbola di Beograd.
Setelah Milosevic jatuh pada tahun 2000 dan tekanan dari Barat mulai muncul di Serbia untuk menyerahkan terdakwa utama Mladic, ia melarikan diri 26 Mei 2011.
Ia ditangkap di rumah seorang kerabat di Lazarevo, Serbia Utara. Penangkapan dan pemulangannya serta dimulainya persidangan setahun kemudian disambut gegap gempita di Serbia.
Terlepas dari tuduhan yang terperinci dan terdokumentasi, Mladic tetap mendapat penghargaan sebagai pahlawan dari negaranya. Ini tak lepas dari peran sosok Milosevic selama perang Yugoslavia.
ICTY akhirnya menghukum Mladic pada 22 November 2017 karena genosida Srebrenica dan kejahatan lainnya. Namun, ia dan jaksa mengajukan banding atas putusan itu, karena Mladic telah dibebaskan dari beberapa tuduhan.
Proses banding sekarang ditangani oleh Pengadilan Kejahatan Internasional yang prosesnya belum selesai sampai pada Desember 2017. Mengalami penundaan sebanyak dua kali dari tanggal yang dijadwalkan pada 22 Maret dan putusan diharapkan keluar sebelum 2021.
Banyak orang Serbia melihat persidangan Mladic dan orang Serbia lainnya sebagai sebuah tekanan Barat terhadap negara mereka yang ortodoks dan pro Rusia.
Namun, bagi pihak lain dalam perang Yugoslavia, Mladic akan selalu menjadi pembunuh massal yang dijuluki “Jagal Srebrenica”.
Sekarang, Mladic dilaporkan selamat dari serangkaian serangan dan terlihat sangat lemah. Para korban khawatir bahwa ia mungkin akan mati sebelum putusan banding dibacakan, sehingga menjadi perdebatan terkait kesalahannya.
Itu telah terjadi sebelumnya pada tokoh utama dalam perang Yugoslavia yaitu orang Serbia, Slobodan Milosevic yang meninggal karena gagal jantung pada tahun 2006. Ia pun meninggal sebelum pengadilan memutuskan bersalah secara hukum. [wip]