(IslamToday ID) – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh Amerika Serikat (AS) berusaha menggerakkan protes anti-pemerintah dengan menjatuhkan sanksi yang katanya bertujuan untuk membangkrutkan negara.
Penguasa Iran telah mencoba untuk mencegah bangkitnya kembali kerusuhan anti-pemerintah yang telah mengguncang negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Kerusuhan dimulai dengan protes terkait kesulitan ekonomi, tetapi berubah menjadi politik. Para demonstran menuntut pejabat tinggi Iran untuk turun. Pihak berwenang mengatakan protes di jalan akan disikapi dengan tegas.
“Tujuan jangka pendek mereka (AS) adalah untuk membuat masyarakat kami muak dan lelah, sehingga mereka menentang sistem (yang berkuasa),” kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Jumat (31/7/2020), menandai hari libur keagamaan muslim Idul Adha.
“Tujuan jangka panjang mereka adalah membangkrutkan negara, atau dengan kata lain untuk membuat ekonomi runtuh,” tambahnya seperti dikutip di Al Jazeera.
Selain sanksi AS, ekonomi Iran telah terpukul oleh penurunan harga minyak serta krisis akibat virus corona. Korban meninggal akibat corona di Iran adalah tertinggi di Timur Tengah.
Negosiasi Dikesampingkan
Hubungan antara Teheran dan Washington telah memburuk sejak 2018 ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan enam kekuatan, di mana Teheran sepakat untuk mengurangi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Pemerintahan Trump mengatakan pihaknya bersedia untuk berbicara dengan Iran tanpa syarat, tetapi AS akan melanjutkan kampanye tekanannya terhadap negara itu.
Khamenei menyebut AS adalah musuh utama Iran, dan mendesak warga Iran untuk menentang tekanan negara adidaya itu. Ia mengesampingkan negosiasi dengan Washington dengan mengatakan Trump akan melakukan propaganda seperti yang dia lakukan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un.
“Di meja perundingan, Amerika ingin kita meninggalkan industri nuklir kita sama sekali, mengurangi kemampuan pertahanan kita, dan melepaskan pengaruh regional kita,” katanya.
Sejak menarik diri dari kesepakatan nuklir, Washington telah menerapkan kembali sanksi yang secara tajam menurunkan ekspor minyak Teheran. Sanksi juga dijatuhkan pada akses ke sistem perbankan internasional.
“Tapi ini telah menyebabkan ekonomi negara secara alamiah kurang bergantung pada minyak,” kata Khamenei, yang menyampaikan perkembangan positif.
Iran kemudian menanggapi penarikan AS dari perjanjian dengan perlahan-lahan meninggalkan hampir semua perjanjian, meskipun itu masih memungkinkan bagi pengawas PBB untuk mengakses ke situs nuklirnya.
Tekanan Maksimum
AS telah menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” yang bertujuan untuk memaksa Teheran untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih luas seperti membatasi kerja nuklir, mengakhiri program misil, dan menarik dukungannya untuk pasukan proksi dalam perebutan kekuasaan regional dengan negara-negara Teluk yang didukung AS.
“Tidak ada keraguan bahwa sanksi adalah kejahatan,” kata Khamenei.
“Tetapi orang Iran yang cerdas telah memanfaatkan serangan ini, permusuhan, dan mendapatkan manfaat dengan menggunakan sanksi sebagai sarana untuk meningkatkan kemandirian nasional.”
Khamenei mengatakan think-tank Barat mengakui bahwa tekanan maksimum berupa sanksi dan pengiriman pasukan AS belum berhasil.
Ia juga menuduh para mitra Eropa dalam perjanjian nuklir tidak melakukan apa-apa untuk memberi Iran manfaat ekonomi dari perjanjian itu. Menurutnya, sistem barter mereka yang dirancang untuk memotong sanksi AS adalah mainan yang tidak ada gunanya.
Sistem, yang disebut Instex, dimaksudkan untuk berfungsi sebagai clearinghouse dan memungkinkan perusahaan-perusahaan Eropa untuk mengirimkan pasokan medis ke Iran tanpa terkena sanksi.
Inggris, Perancis, dan Jerman mengumumkan bahwa mereka telah melakukan transaksi pertama pada akhir Juni, lebih dari satu setengah tahun setelah itu didirikan. [wip]