(IslamToday ID) – Untuk meredakan ketegangan dan perang militer di Laut China Selatan, China dan Amerika Serikat (AS) mulai membuka komunikasi.
Menteri Pertahanan (Menhan) China, Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper saling memperingatkan potensi pecahnya perang di Laut China Selatan. Peringatan itu mengemuka dalam perundingan tingkat tinggi AS-China via telepon.
Esper mengatakan keprihatinan AS mengenai aktivitas destabilitasi militer China di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan dan meminta China menghormati kewajiban internasionalnya.
Selain itu, Esper juga mendesak China membagikan lebih banyak data mengenai Covid-19. Hal itu dikatakan Juru Bicara Pentagon Jonathan Hoffman di Washington seperti dikutip di South China Morning Post (SCMP), Jumat (7/8/2020).
“Ada kewajiban yang menjadi tanggung jawab pemerintah China sehubungan dengan perjanjian WHO, jadi mereka perlu menyediakan sampel untuk memberikan data,” kata Hoffman.
“Itu tidak terjadi dan kami berharap mereka terus berbagi informasi terkait hal itu,” sambungnya.
Menurut Hoffman, Menhan AS juga menegaskan prinsip dan pentingnya hubungan pertahanan yang konstruktif, stabil, dan berorientasi hasil antara AS dan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Pembicaraan Menhan kedua negara berlangsung sekitar 90 menit. Pembicaraan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan perang meletus antara kedua kekuatan, terutama di Laut China Selatan.
Menurut Prakarsa Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan yang berbasis di Beijing, AS mengirim 67 pesawat pengintai besar ke wilayah yang diperebutkan pada bulan Juli, yang merupakan peningkatan tajam dari dua bulan sebelumnya.
Pukul 9 malam pada hari Rabu, sebuah pesawat E-8C Angkatan Udara AS terdeteksi di daerah yang dekat dengan provinsi selatan Guangdong. Ini merupakan tambahan dari tujuh penampakan pesawat pengintai E-8C di dekat pantai China pada bulan Juli, yang dikatakan mewakili peningkatan konstruksi medan perang.
Pasukan Angkatan Udara China melakukan latihan pertahanan udara di atas Laut China Selatan.
Sementara itu, kantor berita China Xinhua mengkonfirmasi bahwa Taiwan dan Laut China Selatan ada dalam agenda pembicaraan AS dan China. Dalam pembicaraan itu, Wei Fenghe juga memperingatkan Esper agar tidak melakukan langkah-langkah berbahaya yang akan meningkatkan ketegangan bilateral.
Wei juga menjelaskan kepada Esper posisi pemerintah China tentang “stigmatisasi” Washington terhadap China. Wei meminta AS menghentikan kata-kata dan perbuatan yang salah terhadap China.
Wei juga mengatakan agar kedua belah pihak memperkuat manajemen dan kontrol risiko maritim, menghindari tindakan berbahaya yang dapat memanaskan situasi, serta menjaga perdamaian dan stabilitas regional. [wip]