(IslamToday ID) – Setelah mendapat dukungan Perancis dalam sengketa di Laut Mediteria Timur, kini Yunani kembali mendapat dukungan dari Uni Eropa (UE). Dukungan UE itu ditegaskan oleh Juru Bicara Komisi UE, Peter Stano.
Ia meminta Turki untuk menghentikan aktivitas militernya di Laut Mediterania Timur, dengan kata lain Turki harus menyerah demi menurunkan ketegangan di wilayah tersebut.
“Langkah-langkah pembatasan dapat diadopsi, tetapi kami juga dapat mengikuti jalur perjuangan untuk mengurangi ketegangan melalui dialog dan negosiasi,” kata Stano seperti dikutip di Anadolu Agency, Rabu (2/9/2020).
Sementara itu, Angkatan Bersenjata Yunani (Hellenic Armed Forces) sudah bergerak mendekati perbatasan Turki ke Pulau Meis, Kastellorizo. Pergerakan militer Yunani itu menjadi titik awal untuk negara itu menghantam kekuatan militer Turki. Sebab, Pulau Meis hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari wilayah selatan pesisir pantai Turki.
Meskipun desakan dari UE kian kuat kepada Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa (1/9/2020) kembali menegaskan pihaknya tidak akan mundur satu langkah pun dari tujuan untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Laut Mediterania Timur.
Erdogan menyatakan, aktivitas Turki di Laut Mediterania Timur didasarkan pada pencarian hak dan keadilan. Meskipun beberapa negara telah berusaha membatasi Turki, namun ia mengaku akan memberikan perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh negara-negara UE tersebut.
“Ini adalah bukti paling eksplisit dari kesalahan dan ketidakadilan untuk mencoba membatasi Turki. Mereka mengabaikan ukuran raksasa 780.000 kilometer persegi ke pantainya melalui pulau kecil seluas 10 kilometer persegi (Pulau Meis),” kata Erdogan.
Ia juga mengkritik langkah militer Yunani yang telah bergerak ke Pulau Meis. Menurut Erdogan, langkah Yunani itu telah melanggar Perjanjian Perdamaian Paris 1947, karena Pulau Meis merupakan pulau yang memiliki status demiliterisasi.
Presiden Turki itu pun menuding apa yang dilakukan oleh negara-negara UE dan Yunani sebagai bentuk penjajahan baru atau kolonialisme modern terhadap Turki. Menurut Erdogan, semua negara tetangga di kawasan Mediterania Timur sejatinya memiliki hak untuk mendapatkan keuntungan dari sumber daya alam, termasuk Turki.
“Upaya untuk mengklaim secara ilegal sumber daya Mediterania, yang haknya dimiliki oleh semua negara di sekitarnya, adalah contoh nyata dari kolonialisme modern. Ini juga ketidakadilan terbesar bahwa beberapa mencoba untuk mewujudkan agenda tersembunyi mereka dengan melemparkan negara yang telah mempertahankan eksistensinya dengan bersembunyi di balik orang lain sepanjang sejarah, sebelum Turki,” kata Erdogan.
Ia menuding negara-negara UE saat ini tengah memainkan strategi politik “bayangan” dengan memanfaatkan sengketa antara Yunani dan Turki. Menurut Erdogan, negara-negara UE mendukung Yunani karena mereka memiliki agenda tersembunyi di Laut Mediterania Timur.
“Turki muak dengan agenda tersembunyi dan itu menjadi konyol untuk melemparkan negara yang tidak mampu berbuat baik untuk dirinya sendiri sebagai umpan sebelum Turki yang merupakan kekuatan regional dan global,” ujarnya. [wip]