(IslamToday ID) – China dan India sepakat untuk meredakan ketegangan di daerah perbatasan Himalaya yang disengketakan. Keduanya akan mengambil sejumlah langkah untuk memulihkan perdamaian dan ketenangan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi dan Menlu India, S Jaishankar bertemu di Moskow, Rusia pada hari Kamis (10/9/2020). Mereka bertemu dan mencoba untuk mengakhiri perselisihan selama berbulan-bulan di perbatasan di pegunungan Himalaya.
Dalam pertemuan tersebut tercapai lima poin kesepakatan yang diumumkan dalam sebuah pernyataan bersama. Salah satu poin kesepakatan itu adalah tentara China dan India harus segera melepaskan diri dan meredakan ketegangan.
Kedua menteri sepakat bahwa situasi di daerah perbatasan yang diperebutkan tersebut saat ini tidak menguntungkan kedua belah pihak.
Wang mengatakan kepada Jaishankar selama pertemuan bahwa yang harus dilakukan saat ini adalah segera menghentikan provokasi, seperti penembakan dan tindakan berbahaya lainnya yang melanggar komitmen kedua belah pihak.
Wang juga mengatakan kepada Jaishankar bahwa semua personel dan peralatan yang telah masuk tanpa izin di perbatasan harus dipindahkan. Pasukan yang berada di kedua sisi daerah perbatasan harus segera melepaskan diri untuk meredakan situasi.
Konsesus yang dicapai di sela-sela kegiatan konferensi itu tercipta setelah terjadinya bentrokan di daerah perbatasan Himalaya barat pada awal pekan ini.
Namun sebuah tabloid yang diterbitkan surat kabar resmi Partai Komunis China, Global Times melaporkan pada hari Rabu (9/9/2020) bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) tengah memindahkan tentara, pembom, dan kendaraan lapis baja ke perbatasan.
Media pemerintah China baru-baru ini juga melaporkan latihan lompat bersenjata oleh pasukan terjun payung PLA di Tibet.
Global Times mengatakan dalam editorial yang diterbitkan pada Kamis (10/9/2020) malam bahwa setiap pembicaraan dengan India harus disesuaikan dengan kesiapan perang.
“Pihak China harus sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan militer ketika perundingan diplomatik gagal, dan pasukan garis depannya harus mampu menanggapi keadaan darurat, dan siap untuk berperang kapan saja,” kata surat kabar itu. [wip]