(IslamToday ID) – Partai Komunis China (PKC) mengumbar retorika yang menyatakan diri siap perang melawan negara-negara ASEAN dan negara lain yang terlibat sengketa wilayah dengan Beijing. Partai itu juga sesumbar akan memenangkan perang, bahkan jika melawan Amerika Serikat (AS) sekalipun.
Retorika berbahaya tersebut disampaikan melalui media pemerintah China, The Global Time pada 11 September atau menjelang latihan perang besar-besaran AS di Guam, pulau kecil di Pasifik yang jadi basis pesawat-pesawat pembom nuklir AS. Latihan perang AS itu sudah dimulai 14 September dan akan berlangsung hingga 25 September mendatang.
Kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan dan kapal serbu USS America bergabung dengan kapal perang amfibi USS New Orleans dan USS Germantown dalam latihan perang yang berpusat di fasilitas Angkatan Laut dan Angkatan Udara Guam.
Manuver militer besar-besaran yang diberi nama “Valiant Shield” ini juga melibatkan 100 pesawat dan sekitar 11.000 tentara. Armada Pasifik AS mengatakan latihan perang Valiant Shield mencakup operasi darat, laut, dan udara yang terkoordinasi di sekitar pulau Pasifik tengah dan meluas melalui rantai Pulau Marianas.
The Global Times, dalam editorialnya mendesak rakyat China untuk bersiap menghadapi potensi perang.
“Kami memiliki sengketa teritorial dengan beberapa negara tetangga yang dihasut oleh AS untuk menghadapi China,” bunyi editorial tentang gerakan ekspansionis Beijing ke Himalaya, Laut China Selatan, dan Laut China Timur.
“Oleh karena itu, masyarakat China harus memiliki keberanian nyata untuk terlibat dengan tenang dalam perang yang bertujuan untuk melindungi kepentingan inti, dan bersiap untuk menanggung akibatnya.”
Beijing sangat terlibat dalam serangkaian latihan militer yang luas di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan. Taiwan pada pekan lalu menuduh pesawat-pesawat jet tempur China melanggar wilayah udaranya dan menyoroti keberadaan kapal “milisi” yang dekat dengan klaim teritorialnya.
Bulan lalu, Beijing mengancam akan memperluas cakupan latihan perangnya hingga wilayah dekat Guam.
“Jika AS melangkah lebih jauh, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dapat mengambil lebih banyak tindakan balasan, termasuk latihan peluru kendali langsung di timur Pulau Taiwan dan dekat Guam,” kata seorang pejabat senior PKC bulan lalu.
Editorial The Global Times sesumbar bahwa Beijing akan menang jika perang benar-benar terjadi. “Kami yakin bisa menang di medan perang jika terjadi konflik dengan pasukan tetangga yang memiliki sengketa teritorial dengan China,” bunyi editorial tersebut sebagai peringatan terhadap India, Jepang, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan negara lainnya.
Indonesia tidak terlibat sengketa wilayah di Laut China Selatan. Namun, Indonesia secara tidak langsung masih berseteru dengan China di sekitar perairan Natuna. “Demikian pula, jika ada perang dengan AS di dekat perairan pesisir China, kami juga memiliki peluang bagus untuk menang,” lanjut editorial tersebut.
PKC bersikeras bahwa ketegangan internasional yang meluas ini bukanlah kesalahannya. “Beberapa dari negara ini percaya bahwa dukungan AS memberi mereka kesempatan strategis dan mencoba memperlakukan China dengan keterlaluan,” imbuh editorial tersebut.
“Tentu saja, bagaimanapun, perang tidak bisa dilakukan dengan santai, dan kita harus menang jika kita ingin berperang. Kemenangan semacam itu memiliki dua arti. Pertama, berarti mengalahkan lawan di medan perang, kedua, itu harus dibenarkan secara moral.”
Tetapi editorial yang berbicara keras membuat satu konsesi utama, yakni Beijing berisiko terisolasi secara internasional.
“Jika kita menang di medan perang dengan mengorbankan moralitas internasional kita, kita mungkin keliru membantu AS membangun aliansi anti-China yang lebih menantang posisi strategis kita,” lanjut editorial tersebut. [wip]