(IslamToday ID) – Seorang pejabat senior Qatar menyatakan negara-negara Teluk dan Mesir pernah berencana untuk menyerang Qatar sebelum memberlakukan blokade pada tahun 2017.
“Ada bukti intelijen yang didokumentasikan oleh para kepala negara yang membuktikan invasi militer yang direncanakan ke negara Qatar,” kata Menteri Pertahanan Qatar, Khalid Bin Mohammad Al-Attiyah seperti dikutip di Al Jazeera, Selasa (29/9/2020).
Ia menjelaskan rincian krisis antara aliansi yang dipimpin Arab Saudi dengan Qatar segera sebelum dimulainya pengepungan. Ia mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump mundur dari mendukung pengepungan yang dipimpin Saudi setelah mengakui fakta dan perspektif yang lebih luas.
“Ada aliansi strategis antara AS dan Qatar berdasarkan rasa saling menghormati dan kepentingan bersama,” kata Al-Attiyah.
Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Doha pada pertengahan 2017 dan memberlakukan blokade darat, laut, dan udara negara itu atas tuduhan mendukung terorisme dan campur tangan urusan internal negara lain.
Namun Qatar telah berulang kali membantah dengan tegas tuduhan itu. Qatar juga terbuka untuk berdialog yang bertujuan untuk mengakhiri krisis.
Pada 2017, Trump awalnya memihak koalisi pimpinan Saudi. Kemudian dia mundur dan memuji upaya Qatar untuk memerangi terorisme. Bahkan, Trump sempat menyebut Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani sebagai “temannya”.
Menurut David Schenker, pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS untuk Timur Tengah, blokade bisa berakhir dalam beberapa minggu. “Saya tidak ingin membahas seluruh diplomasi di dalamnya, tetapi ada beberapa gerakan. Saya ingin mengatakan bahwa ini akan menjadi hitungan minggu,” katanya awal bulan ini. [wip]