(IslamToday ID) – Sedikitnya 25 personel pasukan keamanan Afghanistan tewas dalam sebuah serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok Taliban di timur laut negara itu.
Serangan masih terjadi meskipun Taliban telah memberi jaminan pada Washington pekan lalu bahwa mereka akan mengurangi pertumpahan darah.
Juru bicara gubernur, Jawad Hejri mengatakan pasukan keamanan diserang pada hari Selasa (20/10/2020) malam di Provinsi Takhar.
“Taliban telah mengambil posisi di rumah-rumah di sekitar daerah itu. Mereka menyergap pasukan kami yang berada di sana dalam sebuah operasi,” katanya seperti dikutip dari TRT World, Kamis (22/10/2020).
Direktur Kesehatan Provinsi Takhar, Abdul Qayoum mengatakan 34 personel keamanan tewas, termasuk wakil kepala polisi provinsi itu.
Wartawan yang berbasis di Kabul, Bilal Sarwary, mengutip para pejabat mengatakan sedikitnya 50 personel keamanan telah tewas.
Taliban mengatakan pejuang mereka “melawan musuh” di Takhar untuk membalas operasi keamanan yang dilakukan terhadap mereka.
Meskipun melakukan pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan di Qatar bulan lalu, Taliban hanya meningkatkan serangan di Afghanistan dalam rangka untuk menaikkan posisi tawar dalam negosiasi.
UNHCR Minta Bantuan
Serangan besar-besaran oleh gerilyawan di Provinsi Helmand memaksa ribuan keluarga mengungsi dari rumah. Sementara sebuah bom mobil meledak pada hari Ahad di dekat markas polisi di Ghor dan menewaskan 16 orang dan 154 luka-luka.
Badan pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan hampir 40.000 orang telah mengungsi dari Helmand. UNHCR pun meminta bantuan untuk para pengungsi itu.
“Gangguan telekomunikasi, ancaman bahan peledak improvisasi, dan ditutupnya jalan raya antara Kandahar dan Helmand serta penghancuran beberapa jembatan semakin menyulitkan kami,” kata Caroline Van Buren, perwakilan UNHCR di Afghanistan.
Sedikit kemajuan telah dibuat dalam pertemuan antara negosiator pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha sejak dialog dimulai pada bulan September.
“Tingkat kekerasan ini, tentu saja membuat proses negosiasi menjadi sangat sulit,” kata Nader Naderi, seorang negosiator untuk pemerintah Afghanistan.
“Situasi seperti ini menjadi penting untuk melakukan gencatan senjata.”
Utusan tertinggi AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad mengatakan pertempuran telah mengancam proses perdamaian. “Kekerasan yang terjadi masih sangat tinggi, sehingga perlu dikurangi substansinya,” tambahnya.
Penarikan Pasukan AS
Pengaruh AS atas medan pertempuran Afghanistan semakin berkurang, sebab Pentagon ingin menarik semua pasukannya yang tersisa pada Mei mendatang.
Dengan pemilihan presiden (Pilpres) AS kurang dari dua minggu lagi, Presiden Donald Trump berusaha memenuhi janjinya untuk mengakhiri perang dan menarik kembali pasukan lebih cepat.
Hal ini telah menimbulkan pertanyaan tentang desakan Washington bahwa penarikan pasukan dari Afghanistan setelah perang 19 tahun benar-benar berdasarkan kondisi.
Taliban dengan cepat mengeksploitasi kurangnya tekad dan mulai mendorong keuntungan militer baru segera setelah mereka menandatangani kesepakatan penarikan dengan AS pada Februari.
UNHCR menyatakan lebih dari 220.000 warga Afghanistan menjadi terlantar akibat konflik sepanjang tahun ini. Jumlah pengungsi mencapai 4,1 juta orang sejak tahun 2012. [wip]