(IslamToday ID) – Polisi di Albertville, sebuah kota di tenggara Perancis, menggerebek tempat tinggal empat anak sekolah karena dituduh mendukung terorisme. Anak-anak yang rata-rata masih berusia 10 tahun itu diketahui tidak menyetujui gambar karikatur Nabi Muhammad.
Selama sesi konseling di sebuah sekolah umum, tiga siswa muslim asal Turki dan satu keturunan Arab itu ditanyai apakah mereka mendukung pembunuhan terhadap Samuel Paty, seorang guru sekolah Perancis yang dipenggal karena menunjukkan kartun yang menghina nabi.
Mengutip TRT World, Sabtu (7/11/2020), ketiga bocah itu kemudian kompak menjawab bahwa mereka mengutuk pembunuhan terhadap Paty, tetapi juga tidak menyetujui gambar karikatur itu.
Setelah sesi konseling berakhir, polisi kemudian mendatangi rumah mereka. Berbicara kepada TRT World, salah satu ayah dari siswa itu mengatakan penggerebekan dilakukan dengan cara kasar pada Kamis (5/11/2020) pagi sebelum pukul 07.00.
“Ketika kami bangun, polisi bersenjata sudah berdiri di depan pintu. Ada sekitar 10 personel yang datang dengan bersenjata laras panjang. Anak-anak kemudian kami bangunkan dan kami dikumpulkan di ruang tamu. Sementara kami duduk di ruang tamu, mereka melakukan penggeledahan. Mereka memeriksa buku-buku milik putri kami dan mengambil bingkai gambar kaligrafi yang menempel di dinding.”
Polisi membawa putrinya berinisial EY ke kantor polisi dengan tuduhan mendukung terorisme. Mereka meminta orangtuanya datang ke kantor polisi pada jam 09.00 pagi untuk diinterogasi.
“Polisi menanyai kami, saya dan istri saya selama dua jam. Apakah Anda pergi ke masjid untuk salat? Jika iya, apakah Anda membawa serta anak-anak Anda? Apakah Anda punya tugas di masjid? Apa pendapat Anda tentang karikatur? Dan sebagainya,” ungkapnya.
“Saya katakan kepada mereka, nabi kita sayang kepada kita semua, semua muslim, dan kita tidak menganggapnya pantas (untuk digambar karikatur). Tapi saya juga memberi tahu mereka, kami tidak mendukung pembunuhan guru itu.”
Ayah EY mengatakan bahwa istrinya dan anggota keluarga lainnya ditanyai pertanyaan yang sama selama diinterogasi.
“Kami diperlakukan seperti teroris. Mereka mengambil foto kami, sidik jari, dan bahkan meminta istri saya untuk melepas jilbabnya untuk difoto. Kami telah tinggal di sini selama 20 tahun tanpa catatan kriminal. Tak satu pun dari empat anak saya pernah memiliki masalah di sekolah atau dengan polisi.”
“Saya bahkan ditanyai tentang pendapat saya tentang perselisihan Erdogan-Macron baru-baru ini selama pemeriksaan. Saya mendesak polisi Perancis untuk tidak melibatkan kami dalam politik.”
Orang tua tidak diizinkan melihat putrinya di kantor polisi. EY dirilis sekitar pukul 17.30 pada Kamis malam. “Dia menangis saat polisi menangkapnya di pagi hari. Kemudian dia dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi dan difilmkan selama interogasinya. Dia ditahan hampir 11 jam di sana sampai keputusan pengadilan membebaskannya. Dia harus menandatangani pernyataannya, tetapi polisi menolak memberi kami salinan dokumentasi itu.”
Keluarga merasa anak-anak itu telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh polisi dan sekolah. “Kami meminta putra kami yang berusia 22 tahun untuk ekstra hati-hati ketika keluar rumah. Kami akan membawa EY ke dokter untuk pemeriksaan medis karena dia belum pulih dari trauma. Kami sedang mempertimbangkan untuk pindah sekolah saja,” ungkap ayah EY. [wip]