(IslamToday ID) – Warga Israel yang anti terhadap Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menggelar unjuk rasa di Yerusalem, Sabtu (7/11/2020), menyambut baik kabar kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Para pengunjuk rasa telah menggelar aksi pekanan untuk menuntut Netanyahu mundur dari jabatannya, karena diduga melakukan korupsi dan salah dalam mengatasi pandemi corona.
“Saya tidak tahu, apakah Biden baik atau buruk bagi Israel. Saya harap dia baik. Untung saja orang AS memilihnya karena mereka tidak menyukai Trump. Trump telah melakukan hal-hal bodoh,” kata pengunjuk rasa, Etty Meidan, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (9/11/2020).
“Apa yang dia (Trump) lakukan berpengaruh terhadap kami. Dan mari kita lihat. Waktu akan berbicara.”
Para pengunjuk rasa umumnya dinilai lebih liberal dan banyak yang keberatan dengan kedekatan Netanyahu- Trump. “Trump turun, Bibi (Netanyahu) pergi,” bunyi spanduk protes yang dibawa para pengunjuk rasa.
Meskipun AS dianggap sebagai sekutu terdekat Israel, Netanyahu dinilai sering berpihak pada Partai Republik. Netanyahu memiliki hubungan dingin dengan mantan Presiden Barack Obama dan mendukung penantangnya dari Partai Republik, Mitt Romney pada tahun 2012. Kemudian Netanyahu juga menyampaikan pidato di depan Kongres pada tahun 2015 untuk menentang kesepakatan nuklir Obama dengan Iran.
Setelah menjabat, Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia, dan mendapat pujian dari Netanyahu. Trump juga mendorong pengakuan atas Yerusalem yang diperebutkan sebagai ibukota Israel, pengakuan aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan, dan menunjukkan pendekatan toleran terhadap permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki. Trump juga membawa pakta diplomatik antara Israel dan tiga negara Arab.
Biden, presiden terpilih dari Partai Demokrat, mengklaim mendukung Israel serta aneksasi, dan mendukung solusi dua negara dalam konflik panjang antara Israel dan Palestina. Ia mengatakan akan mempertahankan Kedutaan Besar AS di Yerusalem setelah Trump memindahkannya dari Tel Aviv.
“Saya merasa ada kemajuan dalam negosiasi dengan Palestina, yang merupakan jalan paling penting bagi perdamaian, kami membutuhkan AS yang lebih netral, yang lebih merupakan jembatan antara kami dan Palestina,” kata pengunjuk rasa, Shani Weissman.
Sementara, di Tepi Barat, pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi men-tweet “America Detrumped!”
“Dunia juga harus bisa bernapas,” tambahnya. “Sekaranglah waktunya untuk terapi holistik & berani.”
Kepemimpinan Palestina menangguhkan kontak dengan pemerintahan Trump pada 2017 setelah menutup kantor PLO di Washington dan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Awal tahun ini, otoritas Palestina memutuskan semua hubungan dengan Israel dan AS setelah pemerintahan Trump meluncurkan rencana perdamaian Timur Tengah dengan memberi lampu hijau kepada Israel untuk mencaplok 30 persen Tepi Barat yang diduduki.
“Trumpisme harus diteliti dengan cermat dan diperbaiki untuk memulihkan keseimbangan manusia, moral dan hukum di dalam dan di luar AS. Fenomena seperti itu tidak muncul dari ruang hampa,” kata Ashrawi di akun Twitter-nya. [wip]