(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Armenia, Nikol Pashinyan mengakui kekalahan dengan menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan dan Rusia untuk mengakhiri konflik di Nagorno-Karabakh yang diduduki.
Pada hari Selasa (10/11/2020) dini hari, Pashinyan mengumumkan di Facebook bahwa dirinya telah menandatangani apa yang disebutnya perjanjian “menyakitkan”.
“Saya telah menandatangani pernyataan dengan Presiden Rusia dan Azerbaijan tentang penghentian perang di Nagorno-Karabakh,” kata Pashinyan dalam sebuah pernyataan yang diposting di halaman Facebook-nya. Ia juga menyebut bahwa tindakan itu sangat menyakitkan bagi saya secara pribadi dan bagi rakyat Armenia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi perjanjian tersebut dan menambahkan bahwa gencatan senjata telah dimulai sejak pukul 21.00 waktu setempat.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan kesepakatan yang ditandatangani menunjukkan kekalahan dari pihak Armenia. “Pembebasan sekitar 300 permukiman sejak 27 September telah mematahkan dukungan tentara Armenia,” katanya seperti dikutip dari TRTWorld, Selasa (10/11/2020).
Kabar tersebut tidak diterima warga Armenia di ibukota Yerevan. Mereka mulai melakukan protes keras di luar gedung pemerintah dan jalan-jalan untuk mendesak Pashinyan dicopot dari jabatannya. Beberapa bahkan berhasil membobol gedung pemerintah dan masuk ke kantor Pashinyan.
Hubungan antara dua bekas Republik Soviet terhadap wilayah Nagorno-Karabakh tegang sejak 1991 dengan bentrokan terbaru dimulai pada bulan September lalu. Sejak perang itu, tiga gencatan senjata telah dilanggar kedua belah pihak. Armenia dituduh menyerang permukiman Azerbaijan dan membunuh warga sipil. [wip]