(Islam Today ID) – Kemenangan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Donald Trump tampaknya menjadi batu sandungan bagi Indonesia untuk meluncurkan dana kekayaan negara senilai 5 miliar dolar AS untuk pertama kalinya pada awal tahun 2021. Peluncuran ini juga sekaligus sebagai upaya pemerintah mengabaikan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.
Mengutip dari Asiatimes, Rabu (11/11/2020), sumber pemerintah mengatakan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Indonesia, Luhut Panjaitan sedang mempertimbangkan kembali kunjungan terjadwal ke Washington pekan depan yang rencananya untuk bertemu Jared Kushner, penasihat senior Trump dan Adam Boehler, Kepala International Development Finance Corp (IDFC) AS.
Sebelumnya pada pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Januari lalu, Boehler mengusulkan untuk menyumbang 5 miliar dolar AS yang diperuntukkan untuk proyek pengembangan transportasi yang berkualitas, energi, dan infrastruktur digital yang layak secara finansial, mematuhi standar sosial dan lingkungan yang tinggi serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Namun, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyarankan Luhut untuk membatalkan perjalanannya pada 15 November mendatang hingga jalur transisi menjadi lebih jelas. “Kami tidak tahu apakah dia (Luhut) akan melanjutkan atau tidak,” kata seorang pejabat. “Boehler adalah orang yang ditunjuk secara politik dan tidak jelas apakah dia akan tetap berada di sana setelah Januari,” lanjutnya.
Kushner sendiri diyakini bertanggung jawab atas penunjukan Boehler, tetapi sumber di Washington mengatakan pengusaha berusia 41 tahun itu mendapatkan reputasi profesionalisme dalam peran sebelumnya sebagai direktur Center for Medicare dan Medicaid Innovation.
“Biden adalah pria yang baik dan saya rasa dia tidak akan pergi berburu penyihir (dari orang yang ditunjuk Trump),” kata seorang pemodal yang berbasis di Washington yang merenungkan masa depan Boehler dalam pekerjaannya saat ini.
Dibuat dengan merger 2018 Overseas Private Investment Corp (OPIC) dan Development Credit Authority USAID di bawah apa yang disebut BUILD Act, IDFC baru mulai beroperasi Desember lalu dengan batas investasi 60 miliar dolar AS.
Untuk mengoptimalkan nilai aset dan mendukung pembangunan berkelanjutan, Indonesia mengandalkan IDFC, SoftBank Jepang, dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menarik investasi luar negeri yang ditargetkan sebesar 15 miliar dolar AS, sebuah keputusan sulit mengingat ketidakpastian saat ini yang disebabkan oleh pandemi. [wip]