ISLAMTODAY ID — Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengatakan rivalitas intens antara Beijing dan Washington menjadi kekhawatiran keamanan utama di kawasan Laut China Selatan yang kini bergejolak.
Menhan Lorenzana telah memperingatkan negaranya untuk menanggung beban terbesar dari setiap eskalasi permusuhan.
Dalam ‘Forum Pertahanan Manila’ Delfin Lorenzana mengatakan “Jika pertempuran meletus, Filipina – yang berada tepat di tengah Kawasan konflik – akan terlibat apakah dia suka ataupun tidak.”
“Ini adalah inti dari tantangan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, konfrontasi yang membayangi AS dan sekutunya, dengan China untuk Laut China Selatan.” pungkasnya seperti dilansir Express UK, Rabu (25/11).
Kedua belah pihak baru-baru ini meningkatkan aktivitas militer di jalur pelayaran strategis di Laut China Selatan.
China telah meningkatkan frekuensi patroli penjaga pantai bersenjatanya. Bahkan, pekan lalu AS menerbangkan dua pesawat pembom supersonik ke zona identifikasi pertahanan udara China di bagian Timur Laut Taiwan.
“Ketakutan akan salah perhitungan selalu ada, seperti insiden hampir bertabrakannya dua kapal fregat milik AS dan China dua tahun lalu”, jelas Lorenzana.
Pada tahun 2018, sebuah kapal perusak China nyaris bertabrakan dengan kapal perang AS yang melakukan patroli berdalih “kebebasan navigasi” di Laut China Selatan.
China terus bersikeras menyatakan klaimnya atas kawasan Laut China Selatan, termasuk Laut Filipina Barat, meskipun ada klaim teritorial dari Manila dan negara tetangga regionalnya seperti Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte secara umum berhenti menantang Beijing atas ketegangan konfrontatif di kawasan Laut China Selatan, dan justru lebih bersikap lunak sebagai imbalan atas investasi China.
Sebaliknya, pemerintahan Duterte menghadapi reaksi balik di dalam negeri setelah investasi finansial yang dijanjikan Beijing gagal terwujud.[Res]