ISLAMTODAY ID — China dan Malaysia mengalami kebuntuan atas eksplorasi hidrokarbon di Laut China Selatan, laporan Lembaga Think Tank AMTI, Rabu (25/11).
Kapal China “mengganggu” operasi pengeboran rig pada kapal pemasok di lepas pantai Malaysia pekan lalu, demikian menurut laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional dari Institut Transparansi Maritim Asia (AMTI).
“Kapal China Coast Guard [CCG] 5402 menggangu pengeboran rig dan kapal pemasoknya yang beroperasi hanya 44 mil laut dari Negara Bagian Sarawak Malaysia pada 19 November,” jelas laporan AMTI dilansir dari AA, Kamis (26/11)
“Malaysia mengerahkan kapal angkatan laut sebagai tanggapan, yang terus membuntuti 5402”, tulisnya.
Menurut laporan AMTI tersebut, insiden tersebut tampaknya terjadi setelah “dua pekan usai meningkatnya ketegangan antara CCG dan RMN [Royal Malaysian Navy] di daerah tersebut.”
Laporan AMTI mengatakan kapal China itu berangkat dari provinsi Hainan China pada 30 Oktober.
“Kapal itu berhenti di pangkalan pulau buatan China di Subi dan Fiery Cross Reefs sebelum mengambil stasiun di Luconia Shoals di zona ekonomi eksklusif Malaysia pada 2 November,” tulis laporan tersebut.
“Kapal CCG telah mempertahankan kehadiran yang hampir konstan di daerah tersebut dalam beberapa tahun terakhir yang difasilitasi oleh pusat logistik terdekat di pulau-pulau Spratly yang disengketakan.”
Kawasan Laut Cina Selatan merupakan jalur penting untuk sebagian besar pelayaran dan perdagangan dunia – berbatasan dengan Brunei, Kamboja, Cina, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Beijing mengklaim sekitar 90% dari wilayah laut, yang mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi).[Res]