ISLAMTODAY ID — Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan bahwa Perdamaian Dan Kesejahteraan Jutaan Muslim Di Negara Barat terancam dibawah kedok kontra-terorisme.
Tahun 2020 Sebagai “Tahun Yang Menantang” untuk semua, jelas Menlu Turki itu
Menurut Cavosuglu selain pandemi virus Corona, gelombang Islamofobia sedang meningkat.
Hal ini dismpaikannya berbicara dalam Sidang Ke-47 Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (Oki) Di Ibu Kota Niger, Niamey.
Mevlut Cavusoglu mengatakan Tren sentimen Anti-Islam, Rasisme, Dan Anti-Migran meningkat, terutama di Eropa.
“Namun, para migran dan muslim terus berkontribusi untuk komunitas mereka. Contoh Terbaru Adalah Pengembangan Vaksin Covid-19 Oleh Dua Orang Turki Yang Tinggal Di Jerman,” ujarnya seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (28/11).
Pernyataan tersebut merujuk Pada Ilmuwan Ugur Sahin Dan Ozlem Tureci.
Mereka Menarik Perhatian Dunia Pada November Setelah Perusahaan Biontech miliknya bekerja sama dengan Raksasa Farmasi As Pfizer. Kerjasama tersebut mengumumkan Tingkat Keberhasilan vaksin Covid-19 sejumlah 90 Persen.
Eropa Kekurangan Pemimpin Visioner, Karena Beberapa Dari Mereka Berani Mereformasi Islam, jelasnya.
Melvut Cavusoglu menunjukkan bahwa Perdamaian Dan Kesejahteraan Jutaan Muslim Di Barat Sedang Terancam Di Bawah Kedok Kontraterorisme.
Dia ingat bahwa Polisi Prancis Telah Menangkap Anak-Anak Yang Ditahan Selama Lebih Dari 11 Jam Di Albertville, Prancis, atas tuduhan Palsu “Permintaan Maaf Atas Terorisme.”
“Kita Harus Sadar Akan Retorika Dan Tindakan Berbahaya Ini Dan Kita Harus Mengirimkan Pesan Yang Jelas Mengenai Garis Merah Kita,” imbuhnya.
‘Tunda Langkah Aneksasi Ialah Kedok Penipuan’
Cavusoglu Menekankan Bahwa Keputusan Israel Untuk Menangguhkan Rencana Pencaplokannya Adalah Penipuan. Proses Normalisasi Hubungan Mendorong Praktik Brutal Israel.
Bahrain Dan UEA Sepakat Pada 15 September Untuk Menjalin Hubungan Diplomatik, Budaya, Dan Komersial Penuh Dengan Israel Setelah Menandatangani Perjanjian Kontroversial Yang Disebut Abraham Accords Di Gedung Putih.
“Ekspansi Permukiman Sudah Mencapai Tingkat Tertinggi. Tujuan Mereka Jelas Membuat Negara Palestina Merdeka, Berdaulat, Dan Berkelanjutan Secara Fisik Mustahil,” pungkasnya.
Kesalahpahaman berkembang terkait masalah Palestina Kehilangan Tempat Sentralnya Di Mata Negara-Negara OKI,
Cavusoglu Memperingatkan Bahwa Musuh-Musuh Perjuangan Palestina Dapat Memanfaatkannya Jika Negara-Negara Anggota Tidak Memperkuat Persatuan Mereka.
“Jika Kita Tidak Bisa Bersatu Atas Dasar Yang Menjadi Dasar Organisasi Ini, Bagaimana Kita Bisa Mempertahankan Persatuan Umat (Komunitas Muslim) Yang Akan Menganggap Serius Kata-Kata Kita?” Dia Menambahkan.
Cavusoglu mengatakan bahwa harus menyerukan Hak-Hak Dasar dan Kebebasan Orang Uighur, Rohingya, Siprus Turki, dan Minoritas Muslim Turki Di Yunani serta di Jammu Dan Kashmir, Muslim Di Eropa Dan wilayah Lain.
Pertemuan Menlu Turki dan Saudi
Cavusoglu Mengadakan Pertemuan dengan mitranya dari Saudi untuk Membahas Hubungan Bilateral Dan Masalah Regional.
Dalam kicauannya, Menteri Luar Negeri Turki Menyebut Pertemuan Dengan Faisal Bin Farhan Al Saud mendesak Hubungan Bilateral Yang Lebih Kuat.
“Kemitraan Turki-Saudi Yang Kuat Tidak Hanya Menguntungkan Negara Kami Tetapi Juga Seluruh Kawasan,” ujar Cavusoglu
Ia juga menambahkan pentingnya Hubungan Bilateral Ankara dengan Riyadh.
Dalam Pembicaraan Telepon pekan Lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Dan Raja Saudi Salman Bin Abdelaziz Membahas Hubungan Bilateral Dan Setuju Untuk Meningkatkan Hubungan Dan Menjaga Saluran Dialog Tetap Terbuka Untuk Menyelesaikan Perselisihan Yang Sedang Berlangsung.
Secara terpisah Cavosuglu mengatakan Dia Menghadiri Dewan Pemuda Menteri Luar Negeri Yang Diselenggarakan Oleh OKI.
“Dengan Silaturahmi Seperti Itu, Dinamika Pemuda Muslim Bisa Dirasakan,” tandasnya.[Res]