ISLAMTODAY ID — Laporan The Jerusalem Post Ahad (13/12) malam berjudul “Oman, Indonesia likely next countries to forge ties with Israel” menyebut Dua negara yang mungkin masuk dalam daftar berikutnya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dalam beberapa pekan mendatang, adalah Oman dan Indonesia, demikian menurut sumber diplomatik.
Diketahui, Pemerintahan (AS) Donald Trump melanjutkan upayanya untuk membawa lebih banyak negara Arab dan Muslim ke dalam Perjanjian Abraham, di mana Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko telah menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (12/12) malam waktu setempat, setelah Bhutan setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel di luar kerangka perjanjian, bahwa Israel “berhubungan dengan negara lain yang ingin bergabung dan menjalin hubungan dengan kami.”
Menteri Kerja Sama Regional Israel, Ofir Akunis mengonfirmasi kepada Radio Angkatan Darat pada Ahad (13/12) pagi, Wakil Presiden AS Mike Pence akan mengunjungi Israel pada Januari 2021.
Menurut Ofir Akunis, selama kunjungan Wapres Mike Pence, mengumumkan bahwa negara lain akan menjalin hubungan dengan Israel.
Sumber diplomatik tersebut mengidentifikasi, Oman dan Indonesia sebagai dua negara yang pembicaraannya telah maju dan dengan siapa normalisasi dapat diumumkan sebelum Presiden AS Donald Trump meninggalkan jabatannya pada 20 Januari 2021.
Pada Jumat (11/12), Oman menyambut baik pengumuman hubungan antara Israel dan Maroko.
Pemerintah Oman mengungkapkan harapan bahwa mereka “akan terus berusaha untuk mencapai perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi di Timur Tengah.”
PM Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman pada tahun 2018, dan bertemu dengan pemimpin Oman tersebut saat itu, yaitu almarhum Sultan Qaboos.
Israel memiliki hubungan perdagangan tidak resmi dengan Oman pada 1994-2000, dan negara-negara tersebut bekerja sama dalam menentang agresi Iran.
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien mengatakan bahwa akan lebih banyak kesepakatan normalisasi Israel-Arab sedang dalam proses, ketika dia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Ahad di Yerusalem.
“Momentumnya sekarang ada di pihak pembawa perdamaian,” kata O’Brien.
Ia menambahkan bahwa, “orang lain akan mengikuti karena cara perdamaian jauh lebih baik daripada cara yang ditawarkan oleh teroris … dan ulama radikal.”
“Kesepakatan damai menjadi hal biasa,” jelas O’Brien.
“Bangsa-bangsa di kawasan ini mengesampingkan gagasan lama dan keluhan lama serta merangkul masa depan yang lebih baik,” kata O’Brien.
“Mereka merangkul masa depan yang lebih baik berdasarkan tujuan bersama dan minat bersama,” tambahnya.
O’Brien mencatat bahwa perjanjian normalisasi dengan Maroko sangat istimewa karena begitu banyak orang Israel “menelusuri nenek moyang mereka melalui Maroko, sebesar kesepakatan lain ini, ini adalah kesepakatan khusus”.
Netanyahu berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan timnya atas pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk mewujudkan kesepakatan tersebut.
Namun, Kementerian Luar Negeri Indonesia membantah upaya semacam itu sedang dilakukan dan menegaskan kembali dukungannya untuk kenegaraan Palestina.
Pemerintah Israel dan Republik Indonesia (RI) tidak memiliki hubungan diplomatik formal, tetapi ada perdagangan dan pariwisata antara negeri Zionis tersebut dan Indonesia membeli senjata dari Israel pada 1970-an dan 1980-an, serta Tentara Nasional Indonesia telah berlatih di Israel.
Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin pernah bertemu dengan Presiden Indonesia Soeharto di Jakarta pada 1993.
Sementara Bertentangan dengan laporan media berbahsa Ibrani, sumber diplomatik mengatakan normalisasi dengan Arab Saudi tidak mungkin dilakukan sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden menjabat di Gedung Putih, meskipun Saudi telah memberikan persetujuan diam-diam ke bagian lain dari Perjanjian Abraham tersebut.[IZ]