(IslamToday ID) – Dakwah Islam bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya seperti yang dilakukan Samira Ghannoum, seorang muslimah keturunan Lebanon-Brasil yang memenangkan kompetisi masak, Bake off Brasil pada 2015.
Karena kompetisi yang berlangsung selama 13 minggu tersebut, Ghannoum kini sudah menjadi publik figur di sana. Ia dikenal jutaan orang di 20 negara di seluruh Amerika Latin.
“Saya sangat senang menjadi muslimah pertama keturunan Arab yang memenangkan kompetisi ini,” ujar Ghannoum seperti dikutip dari Middle East Monitor (MEMO), Senin (22/2/2021).
Di final kontes masak itu, ia hanya punya waktu dua jam untuk membuat kue pernikahan. Program tersebut menarik jutaan pemirsa dan membuat banyak orang belajar lebih banyak tentang Islam dan budaya Arab.
Samira Ghannoum tinggal di Sao Paulo bersama suami Lebanon dan lima putrinya. Ia biasa membuat kue dan manisan Arab untuk keluarga, teman, dan komunitas lokal, sebelum dibujuk untuk mengikuti kompetisi. “Saya selalu suka membuat kembang gula,” katanya.
“Saya sedang membuat kue dan permen untuk anak perempuan saya yang merayakan ulang tahun. Ketika teman mereka melihat ini, mereka mulai meminta saya membuatkan sesuatu untuk mereka. Mereka juga meminta untuk mengikuti (kompetisi masak) ini,” ujarnya.
Ghannoum mengakui bahwa itu adalah kompetisi yang sangat keras. Tapi ia cukup bagus untuk lolos ke final.
Presenter program, Ticiana Villas Boas dan juri bahkan memuji penampilannya. Menurut mereka, Ghannoum pantas mendapatkan penghargaan tanpa keraguan.
“Dia adalah yang paling konstan, orang yang membuat kesalahan paling sedikit dan orang yang melakukan hal-hal paling enak. Dia dilahirkan dengan pemberian Tuhan dan dia benar-benar memiliki tangan seorang koki. Jelas bahwa dia melakukan segalanya dengan penuh cinta dan komitmen,” ungkapnya.
Memenangkan kompetisi bukanlah hal yang berumur pendek bagi Ghannoum. Ia kini menjadi ikon bagi muslimah lainnya di dunia memasak di Brasil.
“Saya tidak tahu bahwa partisipasi saya dalam program ini dapat mengubah kehidupan wanita lain. Tapi saya telah melihat banyak gadis muslim yang menonton saya di Bake off yang sekarang menjadi pembuat roti dan pembuat manisan,” ujarnya.
Sebelum mengikuti program tersebut, Ghannoum menjelaskan kepada produser dan juri bahwa sebagai seorang muslim ada batasan bahan yang bisa dia gunakan.
Namun, pada akhirnya satu resep membutuhkan alkohol. Ia menolak untuk menggunakannya, bahkan jika tidak mau berarti ia harus dieliminasi.
“Itu akan bertentangan dengan semua yang saya anut sebagai seorang muslim. Saya tidak pernah menggunakan ramuan yang dilarang dalam Islam,” katanya.
Ketika juri bertanya kepada koki Italia yang membuat resep tentang ini, dia menjawab, “Koki profesional tidak menggunakan alkohol dalam resep kue ini.”
Sepanjang kompetisi, Ghannoum tidak mencicipi hidangan apapun yang ditawarkan kepadanya, yang mengandung bahan yang diharamkan Islam. Begitu pesaing lain tahu tentang larangan bahan makanan dalam Islam, mereka semakin menghormati Ghannoum.
Bahkan ada kalanya mereka memperingatkannya untuk tidak mencicipi sesuatu karena mengandung anggur. Ia sangat berterima kasih atas rasa hormat yang ditunjukkan pada keyakinan dan budayanya itu. “Rasa hormat ini mempersatukan kami, terlepas dari perbedaan agama kami,” ujarnya.
Menurut Ghannoum, seorang wanita berhijab sudah menyiarkan Islam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Karena itu membangkitkan rasa ingin tahu dan mendorong orang lain untuk menanyakannya.
“Saya sendiri yang mengalaminya, dan Islam mengajari kita untuk menghormati hukum dan menghormati tetangga kita, siapapun mereka,” ujarnya.
“Sangat penting untuk menunjukkan bahwa Islam kita tidak menjadikan kita ‘Alien’ seperti yang diyakini banyak orang. Setelah ini dijelaskan dan dipahami, rasa hormat dan kekaguman mengikuti,” sambung Ghannoum.
Ia mengatakan bahwa memenangkan kompetisi tidak membuatnya lebih istimewa dari orang lain. Faktanya, itu menempatkan lebih banyak tanggung jawab di pundaknya.
“Finalis lainnya tegang dan tidak bisa menyelesaikan resepnya. Saya bergegas membantunya. Dia menangis dan hadirin serta panitia evaluasi berterima kasih atas apa yang telah saya lakukan. Bagi saya, inilah yang dibimbing Islam saya untuk saya lakukan,” ungkapnya. [wip]