(IslamToday ID) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) secara resmi mengeluarkan pernyataan sikap menanggapi situasi keamanan dalam aksi unjuk rasa anti-kudeta di Myanmar.
Indonesia sebagai negara menyerukan agar aparat tidak menggunakan kekerasan, sehingga tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi.
“Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh. Serta mencegah situasi tidak semakin buruk,” tulis Kemenlu dalam pernyataan resminya, Ahad (28/2/2021).
Kemenlu menyatakan Indonesia sangat prihatin atas meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah memakan korban jiwa. “Ucapan duka cita dan bela sungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarganya,” tulisnya lagi.
Berdasarkan laporan AFP, setidaknya ada enam demonstran yang tewas saat aparat keamanan membubarkan aksi unjuk rasa tersebut.
Polisi dan tentara menembakkan peluru karet, gas air mata, dan meriam air demi membubarkan pengunjuk rasa yang kembali membanjiri jalanan. Tercatat juga 20 orang lainnya terluka saat pasukan keamanan bergerak di kawasan pantai selatan Dawei.
Pyae Zaw Hein, petugas penyelamat, menyatakan demonstran yang tewas terkena tembakan peluru tajam. Sementara lainnya terluka akibat peluru karet.
“Mungkin ada lebih banyak korban juga karena lebih banyak orang yang terluka terus berdatangan,” kata Pyae seperti dikutip dari AFP.
Gelombang unjuk rasa besar-besaran terjadi sejak kudeta militer terjadi 1 Februari 2021. Protes kudeta juga diikuti kampanye pembangkangan sipil sehingga mendorong pegawai negeri mengundurkan diri.
Menurut Assistance Association Political Prisoners (AAPP) lebih dari 850 orang ditangkap atau dijatuhi hukuman. Namun tindakan keras di akhir pekan ini mampu meningkatkan jumlah korban penangkapan secara drastis.
Surat kabar negara melaporkan 479 penangkapan terjadi hanya pada hari Sabtu (27/2/2021) saja. [wip]