(IslamToday ID) – Pemerintah China menginstruksikan kepada perusahaan untuk segera mengirim para karyawannya keluar dari Myanmar. Pemberitahuan tersebut dikeluarkan seiring dengan meningkatnya ketegangan antara aparat keamanan dan pendemo anti-kudeta yang telah menelan lebih dari 100 korban jiwa.
Dalam pemberitahuannya, Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (Sasac) memerintahkan perusahaan milik negara di Myanmar untuk mengevaluasi keberadaan para pekerja dalam proyek yang operasionalnya distop sementara.
Sementara pekerja lain yang akan dikeluarkan dari Myanmar termasuk mereka dengan batas izin maksimal kerja, mereka yang belum disuntik vaksin corona, mereka yang tinggal di daerah terpencil, dan mereka yang sehari-hari berhadapan dengan gelombang demonstrasi.
Pemberitahuan tersebut dikeluarkan menyusul adanya serangan terhadap 32 pabrik yang dikelola China di Kota Yangon oleh massa tidak bertanggung jawab pada akhir pekan lalu.
Seorang pegawai perusahaan konstruksi milik China yang tengah menggarap proyek infrastruktur di Myanmar membenarkan telah menerima instruksi dari Sasac.
“Kami menerimanya pada akhir pekan ketika beberapa pabrik yang diinvestasikan China diserang. Nyatanya, hampir semua proyek sudah berhenti di sini,” kata seorang pegawai asal China yang menolak menyebutkan namanya.
“Kami sedang mendiskusikan siapa yang akan tetap di sini sambil memantau perkembangan situasi. Saya rasa mayoritas dari kita akan pulang karena tidak banyak yang bisa dilakukan,” tambahnya.
Mengutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (16/3/2021), dalam pemberitahuan tersebut Sasac juga memerintahkan seluruh BUMN Negeri Tirai Bambu untuk melakukan latihan darurat, memastikan mereka memiliki cukup kendaraan, bahan bakar, makanan, dan kebutuhan lain untuk dievakuasi dari Myanmar.
Sementara itu, sumber dari perusahaan BUMN China lainnya yang terlibat dalam proyek pembangkit listrik Myanmar kepada SCMP mengatakan telah menerima instruksi untuk melakukan evakuasi. Sejumlah staf di bidang non-esensial sudah dikirim pulang ke China.
“Rekan-rekan yang dievakuasi telah sampai di China dengan selamat. Staf di Myanmar telah diberi tahu untuk tinggal di mess, kecuali untuk membeli makanan dan minuman,” kata staf tersebut.
Warga China yang masih berada di Myanmar mengatakan situasi di sana saat ini cukup tegang. Bank tutup sehingga menyulitkan warga untuk mendapatkan uang tunai.
Tak hanya itu, akses komunikasi pun kerap terputus. Transportasi udara dibatasi sehingga warga asing harus menempuh jalur darat untuk menghubungi perwakilan resmi negara di Myanmar.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian menolak mengomentari kabar terkait rencana evakuasi warganya keluar dari Myanmar.
Namun Zhao mengatakan bahwa Myanmar harus menempuh tindakan efektif untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan menghukum para pelakunya sesuai hukum yang berlaku, serta memastikan keamanan di sana.
Lebih dari sebulan sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari 2021, kondisi Myanmar kian mencekam. Gelombang aksi demonstrasi terus meluas dan sejauh ini telah menewaskan setidaknya 183 demonstran. [wip]