ISLAMTODAY ID—Pada hari Ahad (6/6), pemilihan terbesar dalam sejarah México diadakan. Tetapi proses pemilihan ini telah dinodai oleh pembunuhan yang terjadi sejak kampanye dimulai pada September 2020.
Pembunuhan ini menjadikan pemilu ini sebagai pemilu paling keras kedua dalam sejarah negara itu sejak tahun 2000.
Sementara itu, seorang pria melemparkan kepala manusia yang terpenggal di tempat pemungutan suara di kota perbatasan Tijuana pada Ahad (6/6).
Kantong plastik berisi bagian tubuh juga ditemukan di dekat TPS, ungkap pihak berwenang setempat.
Kejadian mengerikan tersebut terjadi ketika warga Meksiko memberikan suara di seluruh negeri dalam pemilihan umum (pemilu) paruh waktu.
Di tempat lain pada hari pemungutan suara, seseorang melemparkan granat tidak aktif ke TPS di Negara Bagian Mexico.
Seorang pemilih, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa kerumunan pemilih bubar, tetapi kemudian kembali lagi.
“Orang-orang mengatakan bahwa mereka akan memilih, dan bahwa mereka tidak akan diintimidasi,” ujar orang tersebut, seperti dilansir dari Reuters (6/6)
Ia menambahkan bahwa dia telah memberikan suaranya.
Sebelumnya pembunuhan juga terjadi kepada René Tovar Tovar, seorang kandidat untuk kursi walikota Cazones de Herrera, Veracrz.
Diketahui, Ia dibunuh pada hari Jumat (4/6), dua hari sebelum pemilihan pada 6 Juni.
Pada hari yang sama, Roberto Pérez Ángeles, simpatisan Partai Aksi Nasional (PAN), juga tewas di Apaseo el Grande, Guanajuato.
Bagi ilmuwan politik dan jurnalis Karina Aguilar, kolumnis dan reporter untuk surat kabar harian 24 Horas, hal ini disebabkan oleh polarisasi yang ada di negara Meksiko yaitu produk dari kebijakan disahkan oleh Presiden Andrés Manuel López Obrador.
“Polarisasi yang ada di negara ini luar biasa. Ini adalah sisi untuk López Obrador dan sisi melawan López Obrador — dan tidak ada yang menerima setengah-setengah. Itu yang membuat proses ini berbeda dari pemilu lainnya,” ujar Aguilar, seperti dikutip The Arizona Republic (6/6).
“Perpecahan itu ada, di pusat negara, bahkan jika kita menolak untuk melihatnya. Jadi ketika kita berbicara tentang ini sebagai salah satu pemilu paling keras sejak tahun 2000, kita bisa melihatnya dalam jumlah, “ ungkapnya.
“Ada karakter yang ingin memanfaatkan (kekerasan) ini dan menggunakannya untuk maju,” ujar Aguilar. “Seperti kandidat dari Partai Hijau yang memalsukan penculikannya dan kemudian ditemukan di kamar hotel. Dia telah melakukan ini untuk meningkatkan jumlah simpatisan.”
Penyataan Aguilar tersebut mengacu pada Porfirio Lima, calon walikota Acajete, Querétaro, yang dilaporkan hilang pada 29 Mei, hanya ditemukan dua hari kemudian di sebuah kamar hotel di ibu kota negara bagian itu. Penyelidik negara menyimpulkan bahwa Lima tidak diculik dan malah memesan kamar hotel dengan nama palsu, mengaburkan keberadaannya.
Kandidat lain untuk walikota Cutzamala de Pinzón, Guerrero, Marilú Martínez Núñez, dilaporkan telah diculik pada 2 Juni.
Dia kemudian ditemukan dengan selamat, dan, menurut Gubernur negara bagian Héctor Astudillo, apa yang terjadi padanya sebenarnya tidak sebuah penculikan. Penyelidikan atas kasusnya sedang berlangsung.
Terlepas dari itu semua, Aguilar tetap berharap, mengharapkan hari pemilihan ini — yang terbesar dalam sejarahnya dengan lebih dari 500 kursi untuk diperebutkan di seluruh negeri — menjadi hari yang damai.
Laporan Pembunuhan
Etellekt, sebuah perusahaan konsultan keamanan yang berbasis di México City, baru-baru ini merilis edisi keenam dari laporan berjudul “Political Violence in México“.
Untuk diketahui, laporan tersebut menceritakan 91 pembunuhan yang telah terjadi sejak September 2020. Perusahaan tersebut menemukan bahwa dari 36 kandidat tewas , 22 di antaranya memiliki keinginan sebagai calon dan 14 terdaftar sebagai calon resmi.
Dari 91 yang terbunuh, 14 adalah perempuan dan 7 di antaranya kandidat atau calon kandidat.
Di samping pembagian yang terlihat, menurut Aguilar, partisipasi kejahatan terorganisir juga memainkan peran kunci.
“Negara bagian yang mencatat kekerasan paling banyak selama musim ini adalah Colima, Guerrero, Veracrúz, Chiapas. Kita berbicara tentang kartel narkoba yang sangat kuat yang memanipulasi seluruh pemilihan,” ujar Aguilar.
Kandidat Yang Menjadi Korban Pembunuhan
25 November 2020 : Antonio Hernández Godínez, Party of the Democratic Revolution (PRD), Chilapa, Guerrero.
12 Januari : Juan Antonio Acosta, PAN, Santa Cruz de Juventino Rosas, Guanajuato.
15 Februari : Carla Enríquez Merlín, National Regeneration Movement (Morena), Cosoleacaque, Veracrúz.
24 Februari : Ignacio Sánchez Cordero, Green Ecological Party of México (PVEM), Puerto Morelos, Quintana Roo.
4 Maret : Yuriel Armando González Lara, Institutional Revolutionary Party (PRI), Nuevo Casas Grandes, Chihuahua.
4 Maret : Melquiades Vázquez Lucas, PRI, La Perla, Veracrúz.
11 Maret : Alfredo Sevilla, Citizen Movement (MC), Casimiro Castillo, Jalisco.
17 Maret : Pedro Gutiérrez, Morena, Chilón, Chiapas.
20 Maret : Ivonne Gallegos, Va Por Oaxaca, Ocotlán, Oaxaca.
30 Maret : Alejandro Galicia, PRD, Apaseo el Grande, Guanajuato.
24 April : Francisco Gerardo Rocha Chávez, PVEM, Ciudad Victoria, Tamaulipas.
14 Mei : Abel Murrieta, MC, Cajeme, Sonora.
23 Mei : Arturo Flores Bautista, PRI, Landa de Matamoros, Querétaro.
25 Mei : Alma Rosa Barragán, MC, Moroleón, Guanajuato.
28 Mei : Cipriano Villanueva, Chiapas Unido Party, Acapetahua, Chiapas.
Sementara itu, sebelum pemungutan suara berlangsung, undang-undang di Meksiko menetapkan bahwa kandidat dari partai mana pun dapat meminta perlindungan federal.
Langkah tersebut dapat diajukan jika mereka menganggap diri mereka berada dalam bahaya atau pun mereka telah menerima ancaman atau menjadi objek serangan apa pun selama periode pemilu.
(Resa/The Arizona Republic/24 Horas/Reuters)