ISLAMTODAY ID–Opini ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com dengan judul Insult To Injury: Beijing Furious Over US Senators Entering Taiwan On Military Plane yang diterbitkan di Media ZeroHedge, Rabu (8/6).
Dalam pertunjukan terbaru dukungan AS untuk Taiwan, sekelompok senator AS terbang ke pulau itu dengan pesawat militer pada hari Ahad (6/6).
Sementara itu, perjalanan tersebut mendapat kecaman keras dari Beijing.
Senator Dan Sullivan (D-AK), Tammy Duckworth (D-IL), dan Chris Coons (D-DE) tiba di Taiwan dengan pesawat kargo C-17 Globemaster III untuk mengumumkan bahwa AS menyumbangkan 750.000 vaksin Covid-19 ke Taiwan.
Menurut Reuters, pejabat AS biasanya mengunjungi Taiwan dengan jet pribadi tanpa tanda.
Senator AS tiba di Bandara Songshan di Taipei pada awal minggu ini, dilansir Reuters
Pada hari Selasa (8/6), China mengecam kunjungan tersebut.
“Para senator AS mengunjungi Taiwan dengan pesawat militer, menggunakan masalah Taiwan untuk terlibat dalam ‘pertunjukan politik’, menantang prinsip satu-China, dan mencoba mencapai apa yang disebut tujuan ‘menggunakan Taiwan untuk mengontrol China’,” ujar Kementerian Pertahanan China, seperti dilansir dari ZeroHedge, Rabu (9/6).
Sejak Washington memutuskan hubungan diplomatik dengan Taipei pada tahun 1979, AS selalu memberikan senjata kepada Taiwan dan sesekali mengarungi kapal perang melalui Selat Taiwan yang sensitif.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, AS telah mengambil langkah untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan Taipei.
Lebih lanjut, kapal perang serta pesawat tempur AS kini hampir selalu beroperasi di wilayah tersebut.
Analis yang berbasis di China mengatakan kepada The South China Morning Post bahwa peningkatan dukungan AS untuk Taiwan membuat China mengambil tindakan militer untuk mengambil pulau itu lebih mungkin.
“Semua orang menonton untuk melihat bagaimana Beijing akan bereaksi,” ujar Liu Weidong, spesialis urusan AS di Akademi Ilmu Sosial China. “Ini menuju situasi yang buruk … jika AS terus menambahkan tekanan pada Beijing maka tampaknya hanya akan ada satu pilihan yang tersisa: reunifikasi militer.”
Zhu Songling, seorang profesor di Institut Studi Taiwan di Beijing Union University, mengatakan tumbuhnya nasionalisme di antara orang Cina daratan memberi tekanan pada Beijing untuk mengambil sikap yang lebih keras.
“Jika AS melanjutkan isyarat ini dan terus berusaha untuk memperkuat hubungan resmi dengan Taiwan, serta hubungan militer dan komunikasi resmi lainnya, maka ini akan terlihat sebagai provokatif. Opini publik dapat bergerak lebih jauh ke arah aksi militer,” ungkap Zhu.
AS secara resmi mempertahankan kebijakan “ambiguitas strategis” mengenai Taiwan dan kemungkinan invasi China.
Namun, ada seruan yang meningkat di antara elang China di Washington agar AS mengadopsi kebijakan “kejelasan strategis” yang berarti AS akan berkomitmen untuk berperang demi Taiwan jika Beijing bergerak untuk merebut pulau itu.
Perubahan kebijakan itu sendiri akan menjadi provokasi besar terhadap China dan membuat konflik lebih mungkin terjadi.
(Resa/ZeroHedge/Reuters/South China Morning Post)