ISLAMTODAY ID–Pengangguran di Gaza sudah lebih dari 50% dan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat.
Menurut sebuah laporan baru, pemboman Israel di Jalur Gaza bulan lalu tidak hanya menargetkan anggota Hamas, tetapi juga menargetkan ekonomi wilayah yang sudah rapuh.
Ketika Pasukan Pertahanan Israel membom dan menembaki Gaza dari 10 Mei hingga 21 Mei, mereka meluncurkan lebih dari 1.500 proyektil dan menghancurkan lebih dari 2.000 rumah, merusak 17.000 lainnya, menurut pejabat Gaza.
Selain itu, pemboman itu menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk 67 anak-anak.
Namun, mereka juga menghancurkan bangunan komersial seperti toko, peternakan, restoran, dan pabrik.
Menurut laporan hari Rabu (9/6) yang diterbitkan oleh Electronic Intifada, pemboman Israel menghancurkan lebih dari 500 perusahaan, termasuk 50 pabrik.
Muhammad Abu Jayyab, seorang ekonom yang berbasis di Gaza, memperkirakan bahwa kerugian ekonomi dari kampanye pemboman 11 hari berjumlah USD350 juta.
Sebuah kawasan industri yang didirikan pada tahun 1996 oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan Uni Eropa menjadi sasaran berulang kali selama pemogokan.
Untuk diketahui, kawasan ini belum pernah diserang sebelumnya.
Jaoudat memperkirakan kerugian di kawasan industri saja adalah USD 20-25 juta. Situs ini mempekerjakan 1.500 orang.
“Begitu kami mengetahui bahwa kawasan industri sedang dibom, kami memanggil pertahanan sipil untuk memadamkan api. Ketika mereka tiba, mereka juga menjadi sasaran. Kerang jatuh tepat di tempat mereka bekerja, yang menyebabkan lebih banyak kebakaran dan bahkan lebih banyak kerusakan,” ujar Bajess Jaoudat dari Palestinian Industrial Estate and Free Zone Authority kepada Electronic Intifada, seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (11/6).
Beberapa lembaga lain yang terkena bom termasuk lebih dari 20 kantor media, termasuk menara al-Jalaa, yang menampung kantor beberapa kantor berita internasional, termasuk Al Jazeera dan Associated Press.
Israel mengatakan dengan dalih membom gedung itu karena diduga digunakan oleh Hamas.
Keadaan Memprihatinkan di Gaza
Sebelum perang, pengangguran sudah lebih dari 50% dan kadang-kadang mencapai lebih dari 80% di Gaza, yang hampir sepenuhnya terputus dari dunia sejak tahun 2006 oleh penjagaan Israel dan Mesir. Lebih dari 2 juta orang tinggal di Gaza, setengahnya adalah anak-anak.
Banyak barang tidak diizinkan masuk atau keluar, bahkan yang digunakan untuk konstruksi, dan makanan serta bahan bakar dijatah oleh otoritas Israel, hanya mengizinkan beberapa jam listrik setiap hari.
“Pemboman kawasan komersial bertujuan semata-mata untuk membuat orang-orang di Gaza bertekuk lutut dan melanjutkan pengepungan,” ujar Adib Zineldeen, seorang pemilik toko di distrik Al-Rimal, yang menjadi sasaran pengeboman Israel.
“Mereka menargetkan area perumahan dan komersial terkaya, yang menyediakan mata pencaharian bagi ribuan warga Palestina di Gaza, yang sudah membuat minimal.”
Setelah kampanye pengeboman, AS menawarkan sebanyak USD 75 juta untuk pembangunan dan bantuan ekonomi kepada Palestina.
Bntuan tersebut dengan syarat agar Palestina berjanji bahwa tidak ada yang akan menguntungkan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan yang dianggap oleh Israel dan AS sebagai organisasi teroris.
Sebagai tanggapan, Hamas mengatakan tidak akan menerima satu sen pun dari bantuan internasional dan tidak akan mengizinkan tawaran untuk memecah belah rakyat Palestina.
Sementara itu, upaya solidaritas oleh negara-negara Muslim lainnya, seperti Qatar dan Iran, disambut baik.
Bahkan sebelum kampanye bulan Mei, Doha telah menjanjikan bantuan senilai USD360 juta untuk Gaza pada bulan Januari.
Namun, pekan lalu, Asisten Menteri Qatar Lolwah Al-Khater, juru bicara kementerian luar negeri, mengatakan Doha telah menjanjikan USD 500 juta lagi untuk membangun kembali dan memperbaiki lebih dari 45.000 rumah yang rusak di Gaza.
Untuk diketahui, bahkan sebagian besar wilayah masih belum sempat diperbaiki dari kampanye pengeboman sebelumnya oleh orang Israel.
Sejauh ini, Israel tidak mengizinkan bantuan apa pun untuk memasuki Gaza, dan Hamas telah berjanji bahwa jika bantuan itu tidak dikeluarkan pada akhir minggu, itu akan melanjutkan serangan roket ke Israel.
Selama perang 11 hari, Hamas menembakkan lebih dari 4.300 roket ke Israel, yang sebagian besar dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel.
Namun, 13 warga Israel, dua di antaranya adalah anak-anak, tewas oleh pemboman itu dan lebih dari 200 orang terluka.
Hamas menyebut operasi itu “Pedang Yerusalem”, setelah menembaki mereka sebagai tanggapan atas sejumlah peristiwa yang menargetkan warga Palestina di Yerusalem.
Diektahui peristiwa-peristiwa tersebut termasuk penggusuran beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah setelah pemukim Israel memenangkan kasus pengadilan, dan polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa selama salat Jumat terakhir Ramadhan yang melukai lebih dari 300 jemaah dan 17 petugas polisi.
(Resa/Sputniknews/Electronic Intifada)