ISLAMTODAY ID—Menteri pertahanan junior Prancis Genevieve Darrieussecq telah membantah negaranya terlibat dalam “penutupan negara” untuk menyembunyikan sejauh mana dampak uji coba nuklir yang dilakukan oleh negara itu di Pasifik antara tahun 1966 dan tahun 1996.
Berbicara setelah kesimpulan dari pertemuan meja bundar dua hari, Darrieussecq menyatakan bahwa “tidak ada negara yang menutup-nutupi”.
Lebih lanjut, Ia menolak tuduhan bahwa Prancis berusaha menyembunyikan sejauh mana dampak dari uji coba nuklir, dan mengesampingkan permintaan maaf resmi.
Acara tersebut telah diatur oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menghadapi warisan dari 193 uji coba nuklir di Moruroa dan atol Fangataufa di Samudra Pasifik, antara tahun 1966 dan 1996.
Situs tersebut tetap tidak dapat diakses hingga hari ini dan hanya 63 warga sipil yang telah menerima kompensasi karena terkena radiasi dari tes.
Awal tahun ini, setelah memeriksa ribuan dokumen yang tidak diklasifikasikan tentang uji coba nuklir, penyelidikan oleh media Disclose mengklaim bahwa “Pihak berwenang Prancis telah menyembunyikan dampak sebenarnya dari uji coba nuklir.”
Sementara itu, Macron secara pribadi menghadiri pertemuan pada hari Kamis (1/7) tetapi dia tidak mengeluarkan pernyataan publik tentang acara tersebut atau tuduhan seputar tindakan Prancis.
Edouard Fritch, presiden Polinesia Prancis, menyatakan kekecewaannya atas keengganan pejabat Paris untuk memperbaiki uji coba nuklir atau mengakui skala penuh dampaknya.
“Kami merasa bahwa presiden republik memiliki keinginan yang nyata untuk membalik halaman yang menyakitkan ini bagi kita semua, dengan sumber daya yang perlu disiapkan di masa depan, sehingga orang Polinesia dapat membangun kembali kepercayaan yang selalu kita miliki. di Prancis,” ujar Fritch, setelah acara dua hari, seperti dilansir dari RT, Jumat (2/7).
Sebelumnya, Prancis telah menerima bahwa tes tersebut memang memiliki beberapa “dampak”, dengan presiden saat itu Francois Hollande mengakui dampaknya terhadap kesehatan penduduk dan lingkungan regional.
Namun, dia membela keputusan untuk melakukan tes tersebut.
Lebih lanjut, Ia mengklaim “Prancis tidak akan memiliki senjata nuklir dan oleh karena itu tidak akan memiliki pencegah nuklir” tanpa mereka.
(Resa/RT)