ISLAMTODAY ID-Agen mata-mata Afghanistan NDS menahan empat wartawan dengan tuduhan propaganda setelah mereka kembali dari daerah yang diperebutkan Spin Boldak di provinsi Kandahar selatan.
Badan mata-mata Afghanistan telah menangkap empat wartawan karena mengunjungi kota perbatasan yang dikuasai Taliban dan menuduh mereka menyebarkan “propaganda” musuh, ungkap para pejabat.
Keempat warga Afghanistan itu ditahan di Kandahar setelah kembali pada hari Senin (26/7) dari Spin Boldak, perbatasan dengan Pakistan yang direbut oleh Taliban awal bulan ini.
Sementara itu, Media lokal mengatakan pada hari Selasa (27/7) bahwa para jurnalis sedang menyelidiki laporan pemerintah mengenai dugaan pembantaian warga sipil di Kandahar oleh Taliban.
“Setiap jenis propaganda yang mendukung teroris dan melawan kepentingan nasional Afghanistan adalah kejahatan,” ungkap juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mirwais Stanikzai dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (28/7).
“Pasukan keamanan sedang menyelidiki kasus ini.”
Seorang juru bicara Taliban, Mohammad Naeem, mengatakan keempat wartawan itu telah melakukan perjalanan ke Spin Boldak “untuk menyelidiki tuduhan bahwa orang-orang terbunuh di sana”.
“Satu-satunya kejahatan mereka adalah mereka ingin mengungkap fakta,” ungkap Mohammad Naeem.
Serikat Jurnalis Kecam Penangkapan
Pengawas media Afghanistan Nai mengatakan para wartawan ditangkap atas perintah Direktorat Keamanan Nasional, badan mata-mata negara itu.
“Masih belum jelas apa yang terjadi,” ujar Nai.
Ia menambahkan bahwa tiga dari mereka bekerja untuk jaringan radio lokal Mellat Zhagh.
“Sekarang sudah lebih dari 24 jam sejak penahanan mereka … keluarga mereka sangat prihatin.”
Lebih lnajut, Komite Keamanan Jurnalis Afghanistan meminta pemerintah segera membebaskan mereka.
“Tidak ada penahanan ekstra-yudisial yang dapat diterima,”ungkapnya.
“Kami prihatin dengan penahanan empat jurnalis di Kandahar oleh Direktorat Keamanan Nasional sejak kemarin,” ungkap Amnesty International di Twitter.
Negara Berbahaya Bagi Jurnalis
Afghanistan telah lama menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis.
Pada bulan Mei, pengawas media Reporters Without Borders (RSF) menempatkannya di peringkat 122 dari 180 negara pada Indeks Kebebasan Pers Dunia terbaru.
Beberapa jurnalis tewas dalam serangan yang ditargetkan sejak Taliban dan Washington menandatangani kesepakatan pada Februari tahun 2020.
Untuk diketahui kesepaktan tersebutlah yang membuka jalan bagi penarikan pasukan asing.
Penangkapan empat wartawan Afghanistan terjadi dua minggu setelah Danish Siddiqui, seorang fotografer yang bekerja untuk kantor berita Reuters tewas saat meliput pertempuran di Spin Boldak.
(Resa/TRTWorld)