ISLAMTODAY — Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengatakan bahwa pihaknya berharap Tunisia kembali ke stabilitas dan perdamaian dengan transisi yang cepat dari fase saat ini, Selasa (27/7).
Sekjen OKI, Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen melakukan percakapan melalui sambungan telepon dengan Menteri Luar Negeri Tunisia Othman Jerandi tentang perkembangan terbaru di negara itu.
Menurut pernyataan OKI, selama percakapan, Yousef Al-Othaimeen menekankan pentingnya stabilitas dan keamanan Tunisia serta dukungan penuhnya untuk rakyat Tunisia.
“Al-Othaimeen juga memuji peran efektif negara itu dan kontribusi konstruktifnya terhadap mandat OKI, dengan menyatakan bahwa dia menantikan prospek yang lebih besar untuk kerja sama bilateral yang lebih kuat di bidang-bidang yang menarik bagi OKI, Tunisia dan rakyatnya yang benar-benar baik hati,” demikian pernyataan Sekjen OKI tersebut, dilansir dari Anadolu.
Ahad (25/7), Presiden Tunisia Kais Saied memberhentikan pemerintahan Perdana Menteri Hichem Mechichi, membekukan parlemen dan mengambil alih otoritas eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru.
Langkah itu ditolak oleh sebagian besar blok parlemen Tunisia, termasuk Ennahda, Heart of Tunisia, Koalisi Martabat dan Gerakan Rakyat.
BACA: Dokumen Rahasia Bocor, Tunisia Rencanakan Kediktatoran Konstitusional?
BACA: Presiden Tunisia Peringatkan Oposisi, “Tentara Akan Tembakkan Peluru”, Hadapi Demo Revolusi
BACA: Krisis Tunisia, Tuntutan Revolusi, Konstitusi vs Aspirasi Presiden
BACA: Presiden Kais Saied, Sosok Dibalik Krisis Politik Tunisia
Menyusul keputusan Saied, Ketua Parlemen Rached Ghannouchi menggambarkan langkah presiden sebagai “kudeta penuh” terhadap konstitusi Tunisia, revolusi dan kebebasan di negara itu.
Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara sekelompok negara Arab yang mengalami revolusi rakyat yang menggulingkan rezim yang berkuasa, termasuk Mesir, Libya dan Yaman.[AA]