ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com dengan judul US-Russia Nuclear Talks Began With Moscow Insisting UK, France Must Be Involved.
Ketika pejabat senior AS dan Rusia bertemu di Jenewa pada hari Rabu (28/7) untuk membahas kontrol senjata, Moskow mengatakan Inggris dan Prancis harus terlibat dalam pembicaraan nuklir yang lebih luas karena Washington ingin China berpartisipasi.
Para pejabat AS sering meminta China untuk terlibat dalam perjanjian pengendalian senjata, tetapi persenjataan nuklir Beijing adalah sebagian kecil dari apa yang dimiliki Washington dan Moskow.
Perkiraan saat ini menempatkan persenjataan China antara 300 dan 350 hulu ledak, sementara AS dan Rusia masing-masing memiliki sekitar 6.000 hulu ledak.
Lebih lanjut, tanggapan Rusia terhadap seruan AS agar China berpartisipasi dalam pengendalian senjata adalah bahwa Inggris dan Prancis juga harus terlibat karena mereka memiliki persenjataan yang serupa.
Perkiraan menempatkan persenjataan Prancis di 290 hulu ledak dan Inggris di 215. Awal tahun ini, Inggris mengumumkan bahwa mereka meningkatkan persediaan mereka dan menetapkan batas hulu ledak nuklir menjadi 260, naik dari batas saat ini 180.
“Pertanyaan ini memiliki relevansi khusus mengingat keputusan London baru-baru ini untuk meningkatkan tingkat maksimum hulu ledak nuklir sebesar 40% – menjadi 260 unit,” ujar Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov saat membahas gagasan pembicaraan pengendalian senjata yang lebih luas, seperti dilansir dari ZeroHedge, Sabtu (31/7).
Sementara itu, Reuters mencatat lebih lanjut bahwa “Dalam komentar terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin China dimasukkan dalam pembicaraan yang lebih luas tentang pengendalian senjata nuklir, kantor berita Interfax melaporkan.”
Departemen Luar Negeri AS menggambarkan pembicaraan hari Rabu (28/7) sebagai pembicaraan yang “profesional dan substantif.”
Tidak ada terobosan yang dibuat, tetapi kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dialog tentang pengendalian senjata.
(Resa/ZeroHedge/Reuters)