ISLAMTODAY ID-Taliban menyerbu Afghanistan sejak peluncuran ofensif mereka pada Mei lalu, dan sekarang telah mengambil alih seluruh negeri.
Setelah hampir dua dekade berperang melawan pendudukan asing, Taliban akhirnya menguasai Afghanistan.
Pada bulan Juni, komunitas intelijen AS menyimpulkan bahwa pemerintah Afghanistan bisa jatuh dalam waktu enam bulan.
Pekan lalu, analis intelijen AS memperkirakan jatuhnya Kabul akan terjadi dalam waktu 90 hari, tetapi pada kenyataannya hanya butuh beberapa hari.
Untuk diketahui, Taliban menyerang di seluruh negeri sejak peluncuran ofensif mereka pada Mei dengan mengambil alih kota demi kota, ketika Amerika Serikat bersiap untuk menarik pasukan terakhirnya pada akhir Agustus mendatang.
Kelompok itu membuat kemajuan militer yang cepat yang membuat pasukan pemerintah Afghanistan melarikan diri atau menyerah.
Sementara itu, pada hari Ahad (15/8), Taliban berada di dalam Kabul untuk pertama kalinya sejak tahun 2001.
Mereka mengambil alih kendali istana kepresidenan segera setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu.
Kemenangan cepat Taliban telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kelompok bersenjata itu berhasil menguasai begitu cepat setelah penarikan AS dari Afghanistan.
‘Moral Rendah, Kurangnya Persatuan’
Dalam dua dekade terakhir, AS menghabiskan lebih dari satu triliun dolar di Afghanistan untuk melatih pasukan Afghanistan dan memberi mereka peralatan multi-miliar dolar.
Namun terlepas dari itu, pasukan Afghanistan terus kalah dari pejuang Taliban.
Analis politik Afghanistan mengatakan pasukan pemerintah diganggu oleh korupsi, kepemimpinan yang buruk dan moral yang rendah selama beberapa tahun.
“Kurangnya persatuan dan kepemimpinan, meningkatnya korupsi dan ketergantungan pada angkatan udara AS adalah beberapa dari banyak alasan mengapa pasukan Afghanistan kalah dalam pertempuran melawan Taliban,” ungkap Faiz Muhammad Zaland, seorang dosen di Universitas Kabul, kepada TRT World, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (16/8).
Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa pengambilalihan Kabul oleh Taliban adalah “bencana kekalahan” pemerintah Afghanistan.
Dihadapkan dengan pejuang Taliban yang bermotivasi tinggi dan tidak ada dukungan militer asing atau serangan udara, banyak tentara yang mundur atau menyerah.
Bagaimana Awalnya?
Setelah bertahun-tahun negosiasi, Taliban dan pemerintahan Trump menandatangani kesepakatan damai di mana AS setuju untuk menarik pasukan dan membebaskan sekitar 5.000 tahanan Taliban.
Perjanjian ini juga dengan kesepakatan apabila Taliban setuju untuk memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata termasuk Al Qaeda.
Namun, Taliban terus menyerang pasukan pemerintah Afghanistan dalam unjuk kekuatan di lapangan dan mendesak beberapa tentara untuk menyerah atau bekerja sama.
Sumber mengatakan kelompok bersenjata telah membuat kesepakatan amnesti bagi pasukan Afghanistan dalam kasus penyerahan tanpa syarat.
Langkah ini membantu mereka dengan cepat mengambil alih beberapa kota.
Selain itu, kepemimpinan Taliban juga fokus pada penguatan posisi militernya untuk memberikan pengaruh dalam negosiasi.
“Keberhasilan Taliban dapat dipecah dalam tiga tingkatan. Keyakinan individu mereka dapat dikaitkan dengan semangat keagamaan mereka dan kesempurnaan narasi yang mereka bangun untuk membenarkan perjuangan mereka,” ungkap Obaidullah Baheer, dosen Transitional Justice di American Universitas di Kabul, kepada TRT World.
“Di pihak pemerintah, ketidakmampuan para pejabat itu menyedihkan. Mereka kehilangan perang narasi, keunggulan strategis dan moral tentara mereka.”
Mengapa beberapa pejabat Afghanistan menyerahkan kekuasaan?
Pada hari Ahad (15/8), ketika pasukan Taliban mendekati Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar timur, gubernur Ziaulhaq Amarkhil menyerahkan provinsi itu kepada Taliban.
Dia menjelaskan alasan penyerahannya adalah untuk menghindari pertumpahan darah dan “kehancuran”.
“Kami mengatakan kami ingin menemukan cara damai untuk mengakhiri pertarungan ini jika tidak, kami akan berjuang selamanya,” ujarnya kepada TRT World.
“Saya mengatakan kepada mereka untuk melupakan balas dendam dan bekerja untuk membangun negara ini, sampai berapa lama kita akan berjuang?”
Ketika Taliban beringsut lebih dekat ke Kabul pada hari Ahad (15/8), mereka berjanji untuk tidak mengambil ibu kota “dengan paksa”.
“Tidak ada nyawa, harta benda, dan martabat yang akan dirugikan dan nyawa warga Kabul tidak akan terancam,” ungkap Taliban.
Dalam sebuah pernyataan video, Mullah Abdul Ghani Baradar, yang mengepalai kantor politik Taliban di Qatar, mengatakan dia tidak berharap untuk mencapai tujuannya di Afghanistan begitu cepat.
“Saya tidak menyangka bahwa kami akan mencapai kesuksesan seperti itu dengan begitu cepat, tetapi Tuhan berpihak pada kami,” ujarnya.
Taliban telah menolak kemungkinan pemerintahan transisi dan akan mengambil kendali penuh atas tuas kekuasaan.
Militer, untuk berperang, membutuhkan kepemimpinan dan strategi, Baheer menjelaskan, keduanya absen dalam pertempuran.
“Prospek menyerah dibandingkan dengan mati untuk sistem yang tidak peduli tampaknya jauh lebih baik.”
Lebih dari 47.000 warga sipil tewas dalam konflik di Afghanistan sejak tahun 2001 dan beberapa ratus ribu terluka.
(Resa/TRTWorld)