ISLAMTODAY ID-Kedua pemimpin Rusia dan Italia mendukung upaya konsolidasi internasional untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di Afghanistan ketika Eropa dan AS memotong jalur keuangan Taliban.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi telah membahas Afghanistan.
Lebih lanjut, mereka menyoroti pentingnya menghindari bencana kemanusiaan di negara itu, ujar Kremlin.
Sementara itu, Putin dan Draghi sama-sama berbicara mendukung upaya konsolidasi internasional termasuk melalui blok G20 untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, ungkap Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Italia memegang jabatan presiden bergilir Kelompok 20 dan sedang mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan puncak khusus dalam membahas pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban, ungkap sumber diplomatik di Roma.
Dalam sebuah pernyataan dari Roma, kantor Draghi mengatakan dia dan Putin telah melakukan “diskusi substansial” tentang situasi di Afghanistan dan implikasi regionalnya.
Mereka juga melihat pedoman yang mungkin diikuti masyarakat internasional “untuk memulihkan stabilitas Afghanistan, memerangi terorisme dan perdagangan ilegal dan melindungi hak-hak perempuan”, ujar pihak Italia.
Dalam pernyataan terpisah, kantor Draghi mengatakan pemimpin Italia itu juga telah berbicara pada Kamis (19/8) dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Selama pembicaraan itu, kedua pemimpin membahas implikasi yang berbeda dari krisis Afghanistan, termasuk pengelolaan arus migrasi dan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar di negara itu,” ujar pernyataan itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Jumat (20/8).
Para pemimpin Eropa khawatir bahwa ketidakstabilan di Afghanistan akan memaksa jutaan warga Afghanistan untuk mencari pengungsi di tempat lain.
Pada saat yang sama, negara-negara maju telah menghentikan aliran keuangan ke Kabul setelah ibu kota Afghanistan diambil alih oleh Taliban.
Washington telah membekukan lebih dari USD9 miliar cadangan bank sentral Afghanistan yang disimpan di bank-bank AS.
IMF juga menolak untuk melepaskan pinjaman USD370 juta ke Kabul.
(Resa/TRTWorld)