ISLAMTODAY ID-Jumlah kejahatan rasial yang dilaporkan menargetkan Muslim di AS turun lebih dari sepertiga pada tahun 2020, menurut data yang baru diterbitkan oleh FBI.
Menurut badan federal, jumlah kejahatan kebencian yang dilaporkan terhadap Muslim pada tahun 2020 – tahun terakhir mantan Presiden AS Donald Trump menjabat – turun dari 180 insiden pada tahun 2019 menjadi 104 pada tahun 2020.
Selama menjabat, Trump dituduh memicu kebencian anti-Muslim dengan retorika dan kebijakannya, seperti larangan masuk ke AS bagi warga beberapa negara mayoritas Muslim.
Menurut FBI, komunitas Yahudi adalah kelompok agama yang paling ditargetkan selama tahun 2020, mewakili hampir 57 persen kejahatan rasial yang dimotivasi oleh bias agama.
Sementara itu, setidaknya ada 676 kejahatan rasial yang menargetkan orang Yahudi Amerika, jumlah ini turun dari 953 pada tahun 2019.
“Kejahatan rasial dan insiden terkait bias lainnya ini menanamkan ketakutan di seluruh komunitas dan merusak prinsip-prinsip demokrasi kita,” ujar Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (30/8), seperti dilansir dari MEE, Selasa (31/8).
“Semua orang di negara ini harus bisa hidup tanpa rasa takut diserang atau dilecehkan karena dari mana mereka berasal, seperti apa penampilan mereka, siapa yang mereka cintai atau bagaimana mereka beribadah.”
Lebih lanjut, data tersebut telah dikritik karena meremehkan jumlah sebenarnya dari kejahatan rasial karena jumlah lembaga penegak hukum lokal yang berpartisipasi dalam pengumpulan data turun setidaknya selama dua tahun berturut-turut.
The Washington Post melaporkan bahwa 15.136 agensi berpartisipasi pada tahun 2020, turun 422 dari tahun sebelumnya.
Dan dari agensi yang berpartisipasi, beberapa melaporkan tidak ada kejahatan rasial sama sekali.
‘Kemungkinan Lebih Tinggi’
Anggota Kongres Demokrat Judy Chu ketua Kaukus Kongres Asia Pasifik Amerika, mengatakan kepada Washington Post bahwa “angka-angka dalam laporan ini mengejutkan, kita tahu bahwa mereka bahkan tidak mendekati gambaran lengkap”.
Chu mengutip “retorika rasis dan xenofobia yang semakin meningkat dari para pemimpin politik” sebagai kontribusi terhadap peningkatan kejahatan rasial dan mengatakan laporan FBI “harus menjadi peringatan bagi semua orang yang secara tidak bertanggung jawab menyebarkan ketakutan dan kemarahan di komunitas kita yang mereka pertaruhkan.”
Bulan lalu, Council on American-Islamic Relations (Cair) merilis laporannya sendiri tentang insiden bias anti-Muslim untuk paruh pertama tahun 2021.
Laporan tersebut mendokumentasikan lebih dari 500 insiden, termasuk kejahatan rasial; gangguan; intimidasi sekolah; diskriminasi; kebencian; dan insiden anti-masjid.
Robert McCaw direktur urusan pemerintahan Cair, mengatakan fakta bahwa jumlah sebenarnya kejahatan rasial “kemungkinan jauh lebih tinggi daripada statistik yang diberikan” oleh FBI.
Oleh karena itu, hal ini menunjukkan “perlunya komunikasi dan koordinasi antar lembaga”.
Cair meminta kongres dan pemerintahan Presiden Joe Biden “untuk meminta pemerintah federal untuk mengkondisikan bantuan, hibah, pelatihan, atau bantuan lain apa pun kepada lembaga penegak hukum setempat atas persetujuan mereka untuk mengirimkan data reguler dan lengkap mengenai insiden kejahatan rasial yang menargetkan komunitas minoritas”.
“Ini akan membantu secara dramatis meningkatkan jumlah lembaga penegak hukum yang melacak dan melaporkan data mengenai insiden ini, yang merupakan langkah penting untuk memerangi gelombang kebencian dan kefanatikan yang meningkat,” ujar McCaw dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (31/8).
(Resa/MEE/The Washington Post )