IslamToday ID-Setelah penarikan tergesa-gesa pasukan AS dan NATO dari Afghanistan, gerilyawan Taliban melancarkan serangan cepat untuk merebut kembali wilayah dari pasukan pemerintah. Mereka menyelesaikan misinya dengan merebut Kabul pada 15 Agustus.
Langkah tersebut mendorong negara-negara Barat untuk segera mengevakuasi staf diplomatik, warga dan warga Afghanistan yang rentan.
Pasukan khusus Inggris di Afghanistan harus menggunakan strategi untuk menyelinap melalui pos pemeriksaan yang dikendalikan Taliban agar mencapai Kabul, lapor Daily Star.
Sebuah unit hingga 20 tentara dari Special Air Service (SAS) Angkatan Darat Inggris seolah-olah diperintahkan bersiap-siap untuk ekstraksi ke Kabul di tengah serangan kilat militan Islam setelah penarikan pasukan AS dan NATO.
Mereka diperingatkan bahwa tidak ada helikopter yang tersedia untuk menerbangkan mereka keluar dari selatan negara itu, di mana mereka ditempatkan untuk misi rahasia mereka, ujar laporan itu.
“Tim SAS telah berada di Afghanistan selama berbulan-bulan dalam misi pengintaian rahasia ketika semuanya kacau balau. Mereka diperintahkan untuk membatalkan operasi dan bersiap-siap untuk segera diekstraksi ke Kabul,” ungkap seorang sumber, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (5/9).
Para prajurit elit yang motonya adalah “Siapa yang Berani Menang” dipaksa untuk meninggalkan sebagian besar perlengkapan militer mereka.
Lebih lanjut, mereka membeli lima taksi untuk berkendara ratusan mil ke ibu kota, Kabul.
Karena rute yang dilalui melewati sejumlah tentara Taliban, mereka dikatakan telah meminta bantuan polisi kontra-teroris Afghanistan.
Yang terakhir memberi mereka berbagai burqa dalam warna yang berbeda – pakaian tradisional Islami wanita yang menutupi seluruh tubuh dan wajah dengan hanya menggunakan kain yang memungkinkan pemakainya untuk melihat di depannya.
“Pasukan membuang sebagian besar peralatan mereka kecuali senjata dan amunisi mereka dan menutupi diri mereka dengan burqa,” ujar sumber yang dikutip oleh publikasi tersebut.
Dengan demikian, armada taksi digambarkan melaju ke tujuan mereka, menghindari penangkapan di penghalang jalan dengan mengibarkan bendera Taliban dan berpura-pura menjadi wanita yang taat dalam perjalanan ke ibu kota untuk merayakan keberhasilan militan kembali berkuasa setelah menggulingkan pemerintah.
Tipuan mereka berhasil, ujar sumber itu, menambahkan:
“Ada beberapa momen yang tidak pasti, tetapi bahkan Taliban enggan melepaskan burqa dari seorang wanita.”
Setelah mencapai Kabul, para tentara melaju sedekat mungkin ke bandara sebelum meninggalkan taksi.
Beberapa pos pemeriksaan lagi terbentang di depan ujar laporan itu, tetapi tim akhirnya mencapai gerbang di mana mereka menampakkan diri kepada penjaga AS.
Setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban, pasukan Amerika telah menjaga dan mengendalikan perimeter bagian dalam Bandara Internasional Hamid Karzai.
Adegan kacau terjadi di sekitar bandara ketika ribuan orang yang putus asa untuk meninggalkan Afghanistan mencoba naik salah satu penerbangan evakuasi yang dilakukan oleh negara-negara barat untuk warga mereka dan penduduk setempat yang rentan.
Seorang sersan mayor SAS berjalan ke salah satu tentara Amerika di gerbang dan mengungkapkan bahwa tim tersebut adalah “pasukan khusus Inggris dalam operasi.”
“Tentara Amerika itu kaget dan berkata, ‘Katakan lagi’, ujar sumber itu.
Setelah itu, unit pasukan khusus dibawa ke sebuah ruangan di mana mereka akhirnya bisa membuang burqa mereka dan berkomunikasi dengan seorang perwira Inggris.
Pada hari-hari setelah jatuhnya Kabul dan runtuhnya pemerintah Afghanistan yang dipimpin oleh Presiden Hamid Karzai yang melarikan diri dari negara itu, upaya militer dan diplomatik yang panik telah dilakukan untuk memastikan perjalanan yang aman bagi mereka yang mencoba mencapai bandara.
Ribuan orang diterbangkan keluar dari negara yang dilanda perang dalam upaya evakuasi besar-besaran menjelang batas waktu 31 Agustus bagi pasukan AS untuk mundur dari Afghanistan.
Sementara itu, Inggris telah mengevakuasi lebih dari 15.000 orang dari Afghanistan, termasuk lebih dari 5.000 warga negara Inggris, dengan pesawat RAF terakhir lepas landas dari Bandara Internasional Hamid Karzai pada 28 Agustus dan tiba di RAF Brize Norton di Oxfordshire.
Namun, diyakini bahwa ribuan orang yang memenuhi syarat untuk relokasi, termasuk warga Afghanistan yang bekerja untuk Inggris dan keluarga mereka telah ditinggalkan.
(Resa/Daily Star/Sputniknews)