ISLAMTODAY ID-Artikel mengenai Kerajaan Utsmani dan Leonardo da Vinci ditulis oleh Ibrahim al-Marashi, seorang profesor di Departemen Sejarah, California State University, San Marcos.
Artikel ini berjudul Leonardo da Vinci and the Ottoman Empire.
Sekitar 500 tahun setelah kematiannya, interaksi Leonardo da Vinci dengan Utsmani diabadikan dalam desain untuk jembatan dan tawarannya kepada Sultan Utsmani saat itu, seperti dilansir dari TRTWorld, 12 Juni 2019.
Untuk diketahui, si jenius Renaisans Leonardo Da Vinci meninggal pada Mei 1519.
Pada peringatan 500 tahun kematiannya, museum dan media telah merefleksikan warisan hidupnya.
Pada saat yang sama, Da Vinci juga menjadi berita karena lukisan Salvator Mundi yang digambar olehnya atau salah satu asistennya, diduga dipasang di kapal pesiar putra mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman.
Bahkan lukisan tersebut bukan dipasang di Musium Louvre cabang Abu Dhabi.
Sementara perhatian terfokus pada Mona Lisa atau Perjamuan Terakhir, dan sekarang Salvator Mundi, salah satu dari banyak proyeknya yang belum terealisasi adalah jembatan yang diusulkan di Istanbul.
Warisan hidupnya menunjukkan bahwa meskipun jembatan fisik tidak pernah dibangun, tawarannya kepada Sultan melambangkan pembangunan jembatan budaya antara Renaissance Italia dan Kekaisaran Utsmani.
Jembatan untuk Sultan
Dalam masa hidupnya, Da Vinci memiliki banyak pelindung yang kuat mulai dari Adipati Milan hingga Raja Prancis.
Selain itu, dia juga mencari perlindungan dari Sultan Bayezid II pada tahun 1502.
Selama persinggahan Da Vinci antara di Venesia atau Roma, ia menyerahkan desain jembatan kepada Sultan Utsmani.
Jembatan itu membentang di pintu masuk Tanduk Emas Bosphorus untuk menghubungkan distrik Eminonu ke Karakoy.
“Saya, hamba-Mu yang setia, mengerti bahwa Anda telah berniat untuk membangun jembatan dari Galata ke Stambul, tetapi hal itu tidak dilakukan karena tidak ada tenaga ahli. Aku, hambamu yang setia, tahu bagaimana melakukannya,” ujar Da Vinci.
Surat Leonardo Da Vinci untuk Sultan Bayezid II – 1502 (Arsip Topkapi)
Seperti yang dijelaskan oleh Ludwig H. Heydenreich dalam bukunya, Leonardo the Inventor, Sultan merasa jengkel dengan proyek Da Vinci dan menolaknya karena terlalu maju untuk zamannya.
Rencana Da Vinci antara lain seperti kurva parabola, lengkungan keystone, dan busur tekan.
Hal tersebut adalah sebuah metode yang tidak akan dikembangkan sampai 300 tahun kemudian.
Saingan Da Vinci, Michelangelo, diundang untuk merancang jembatan, melukis dan memahat untuk Utsmani Selim I, tetapi dia sudah berkomitmen untuk proyek lain.
Pada tahun 1506 Paus Julius II menugaskan Michelangelo untuk mengerjakan Basilika Santo Petrus.
Jika sejarah berjalan ke arah yang berbeda, sejarah seni rupa akan memiliki potret Selim I dibandingkan langit-langit Kapel Sistina.
Jika rencana jembatan pertama Da Vinci cukup ambisius, ia bahkan mengusulkan pembangunan jembatan melintasi benua: “Saya berencana membangun jembatan gantung melintasi Bosphorus untuk memungkinkan orang melakukan perjalanan antara Eropa dan Asia. Dengan kekuatan Tuhan, saya harap Anda akan mempercayai kata-kata saya. ”
Proyek itu tidak terealisasi sampai tahun 1973, yang saat itu merupakan jembatan gantung terbesar keempat di dunia.
Desain untuk jembatan yang lebih kecil memang menjadi inspirasi bagi seniman Norwegia Vebjorn Sand, yang menggunakan desain Da Vinci untuk pembangunan jalur pejalan kaki di AS, Norwegia. Hal tersebut menjadi proyek teknik sipil pertama berdasarkan sketsa Leonardo.
Serial TV Da Vinci’s Demons
Sementara jembatan Da Vinci mungkin merupakan catatan kaki sejarah yang terlupakan.
Namun, hubungan Da Vinci dengan Utsmani menjadi dasar untuk plot serial fantasi sejarah di TV Starz yang terinspirasi pada hidupnya, “Da Vinci’s Demons,” yang ditayangkan dari tahun 2013 hingga tahun 2015.
Serial ini, yang berfokus pada kehidupan Leonardo muda bersetting tempat di kota Otranto di Italia selatan sebelum serangan Utsmani 1480 ke semenanjung Italia.
Meskipun tidak ada bukti sejarah tentang Da Vinci pernah berada di sana.
Pertanyaannya tetap mengapa penulis acara ini menciptakan peran bagi Leonardo untuk menyaksikan invasi amfibi Utsmani ke semenanjung Italia, alih-alih berfokus pada upayanya bekerja untuk Kekaisaran.
Pada satu tingkat, invasi lebih menghibur daripada membangun jembatan.
Tetapi keputusan serial ini juga merupakan cerminan dari zaman kita ketika hubungan yang bergejolak antara Barat dan Timur Tengah tercermin dalam budaya pop.
Fenomena ini disaksikan dalam film fantasi sejarah tahun 2014 lainnya, “Dracula Untold.”
Salah satu judul yang mengulas film tersebut berbunyi “Dracula Mendapat Perubahan untuk Era ISIS di Dracula Untold”, mengungkapkan bagaimana media ini merupakan cerminan semangat kontemporer kita.
Baik serial TV Starz dan Dracula Untold mulai diproduksi sebelum perebutan dramatis Daesh atas Mosul pada tahun 2014.
Namun demikian, kedua artefak budaya Hollywood berfungsi sebagai cerminan dari kecemasan yang meluas terhadap kelompok-kelompok seperti Al Qaeda atau Daesh.
Lebih lanjut, Novel asli Bram Stoker adalah cerminan ketakutan era Victoria terhadap imigran Eropa Timur.
Sementara tokoh sejarah Vlad Tepes dari Rumania modern memang melawan pasukan Utsmani, aspek sejarah ini tidak pernah menjadi faktor dalam novel asli atau banyak remake Hollywood sepanjang abad ke- 20.
Di era pasca 9/11, sentimen anti-Muslim dibangkitkan kembali untuk protagonis gothic yang membangkitkan dirinya sendiri untuk memerangi Utsmani, pendukung Islam militan di abad ke-21.
Jembatan Lintas Budaya Leonardo
Hiburan di atas merupakan artefak budaya dari benturan peradaban yang telah tersaring ke media massa.
Namun, pembukaan oleh Leonardo kepada Sultan memecah binari Barat versus Islam, di mana meskipun ada perbedaan agama, budaya mengalir, estetika dan keindahan tidak ditekan demi agama atau geopolitik saat itu.
Pengadilan Utsmani secara aktif merayu seniman renaisans.
Mehmet II, penakluk Konstantinopel (dan juga Otranto), juga mempekerjakan budayawan Italia yang membacakan harian Sultan dari Livy dan pelukis Venesia Gentile Bellini datang ke Istanbul untuk melukis potret Sultan yang saat ini digantung di Galeri Nasional di London.
Sementara Renaisans dipandang sebagai fenomena yang berfungsi sebagai dasar “peradaban Barat,”
Namun, interaksi antara semenanjung Italia dan Kekaisaran Ottoman menunjukkan bahwa itu adalah proses Mediterania yang lebih besar, produk hibriditas daripada dikotomi antara Timur dan Barat.
Warisan seni Da Vinci tidak pernah sampai ke wilayah ini selama hidupnya.
Idealnya, jika Salvator Mundi ditempatkan di museum umum, bukan kapal pesiar pribadi, maka jembatan antara Renaissance Italia dan wilayah itu akhirnya bisa terpenuhi.
(Resa/TRTWorld)