ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Andrew Korybko , seorang analis politik Amerika yang berbasis di Moskow dengan judul A Tale of Two Speeches: Presidents Xi and Biden at the 2021 United Nations General Assembly.
Artikel ini menunjukkan bahwa UNGA 2021 memungkinkan seluruh dunia untuk melihat perbedaan antara China dan AS.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pada hari Selasa (21/9).
Namun, pidato kedua pemimpin dunia ini sangat berbeda.
Presiden Xi menyajikan cara pragmatis dan inklusif bagi dunia untuk bergerak maju dari pandemi, sementara Biden sebagian besar berfokus pada pandangan hegemonik tentang masa depan.
Oleh karena itu, penting untuk menguraikan lebih lanjut tentang perbedaan mereka.
Pidato Presiden Xi jauh lebih pendek daripada pidato rekan Amerika-nya.
Dia langsung ke intinya dengan menarik perhatian ke empat topik: mengalahkan COVID-19; revitalisasi ekonomi global; mempromosikan kebijakan win-win dalam hubungan internasional; dan meningkatkan tata kelola global sehingga benar-benar menganut tren multilateralisme.
Lebih lanjut, pidato pemimpin China itu mengulangi beberapa poin yang dia buat tahun lalu, tetapi itu menjadi penting karena pandemi terus berkecamuk dan hubungan internasional tetap tidak pasti.
Namun demikian, Presiden Xi menyatakan keyakinannya bahwa perkembangan umat manusia yang damai tidak dapat diubah, seperti dilansir dari Global Research, Jumat (24/9).
Ia optimis akan muncul bentuk baru hubungan internasional di mana negara-negara saling menghormati dan mengutamakan peran sentral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Lebih lanjut, ia yakin bahwa negara-negara berkembang akan terus tumbuh dan menjanjikan dukungan untuk China dalam mencapai tujuan tersebut, termasuk melalui berbagi teknologi hijau.
Presiden Xi juga tidak ragu bahwa COVID-19 akan segera dikalahkan.
Sebaliknya, pidato Biden jauh lebih lama daripada rekan China-nya yaitu menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit.
Seperti Presiden Xi, dia juga berbicara tentang mengalahkan COVID-19 dan melawan perubahan iklim, tetapi hal tersebut hanya sebagian kecil dari pidatonya.
Lebih lanjut, pidato Biden sebagian besar tentang bagaimana Amerika bermaksud untuk membentuk apa yang dia gambarkan sebagai dekade yang menentukan dengan terus mempromosikan demokrasi dan konsepsi hak asasi manusia, mendukung pengunjuk rasa anti-korupsi di seluruh dunia, dan memastikan kepatuhan dengan tatanan dunia yang diharapkan.
Hal tersebut di atas meramalkan NATO dan Quad memainkan peran yang lebih besar, dan Biden berjanji bahwa AS akan memnyebut dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Republik Otonomi Uyghur Xinjiang China, Republik Chechnya Rusia, dan bagian lain dunia.
Serangan perang informasi ini serta kritik tersiratnya terhadap Inisiatif Sabuk & Jalan China (BRI) karena proyek infrastruktur yang korup dan berkualitas rendah mengekspos klaimnya terkait tidak ingin perang dingin baru adalah sebuah kebohongan.
Setelah membandingkan pidato Presiden China dan Amerika, jelaslah mana yang dengan tulus peduli pada dunia dan mana yang hanya peduli pada kepentingan negaranya sendiri dengan mengorbankan orang lain.
Presiden Xi benar-benar berkomitmen untuk memulihkan prediktabilitas dan stabilitas hubungan internasional melalui promosi multilateralisme yang sah di China, tidak seperti model Amerika yang mengandalkan klik kecil negara-negara yang terobsesi dengan permainan zero-sum.
Sebaliknya, Biden hanya tertarik untuk memperburuk ketegangan perang dingin baru dengan berbagai dalih.
Kisah dua pidato ini menunjukkan betapa berbedanya visi masing-masing.
Secara alami, sebagian besar dunia akan berdiri dalam solidaritas dengan pandangan Presiden Xi.
Ada keinginan yang tulus untuk bergerak melampaui model masa lalu yang ketinggalan zaman dan kontraproduktif dengan bersama-sama memetakan komunitas masa depan bersama bagi umat manusia di mana orang-orang menjadi pusat dari semua pembuatan kebijakan.
Hanya negara-negara yang sangat disesatkan atau di bawah kendali Amerika yang akan mendukung permainan berbahaya dan egois Biden.
Lebih lanjut, UNGA 2021 memungkinkan seluruh dunia untuk melihat perbedaan antara China dan AS.
Hanya PBB yang dapat memberikan kepemimpinan selama masa-masa yang tidak pasti ini sesuai dengan hukum internasional, bukan negara individu atau kelompoknya.
Dunia harus mendekat bersama dalam mengejar kepentingan bersama yang terkait dengan pembangunan rakyat mereka, tidak semakin menjauh sebagai akibat dari permainan geopolitik yang mementingkan diri sendiri.
Dengan demikian, visi Presiden Xi diharapkan beresonansi dengan massa global sementara visi Biden sebagian besar akan diabaikan atau diejek.
(Resa/Global Research)