ISLAMTODAY ID-Pasukan Amerika dan NATO mundur dari Afghanistan pada 30 Agustus setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan berakhirnya perang yang hampir 20 tahun itu.
Penarikan itu memicu berbagai kekacauan karena banyak warga sipil Afghanistan yang pro-Barat tidak dapat dievakuasi.
Turki ingin AS menarik pasukannya dari negara lain di kawasan serupa dengan cara AS menarik diri dari Afghanistan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan, menanggapi pertanyaan dari CBS News.
Erdogan secara khusus menyebut Suriah dan Irak sebagai dua negara di mana Washington harus mengakhiri kehadiran militernya dalam pandangannya.
Presiden Turki menyarankan bahwa langkah seperti itu akan mempromosikan perdamaian di wilayah tersebut.
“Tentu saja, jika saya punya pilihan, saya ingin mereka keluar dari Suriah dan Irak. Sama seperti cara mereka menarik diri dari Afghanistan. Karena jika kita akan menghadirkan perdamaian di seluruh dunia, itu tidak lagi berarti jika tetap berada di bagian dunia itu. Kita bisa meninggalkan orang-orang itu, membiarkan pemerintahan itu mengambil keputusan sendiri”, ujar Recep Tayyip Erdogan, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (26/9).
Ketika ditanya oleh pembawa acara CBS, apakah Erdogan pernah mengangkat masalah kemungkinan penarikan dari Suriah dengan Presiden AS Biden, presiden Turki mengatakan dia tidak pernah bertanya kepada POTUS tentang hal ini ketika mereka bertemu di Brussels.
Erdogan menambahkan bahwa dia dan Biden sebagian besar fokus pada Afghanistan dalam percakapan mereka.
AS dan negara-negara NATO lainnya menarik diri dari Afghanistan pada akhir Agustus, menyusul pengumuman Biden tentang rencana untuk mengakhiri perang hampir 20 tahun di negara itu. Meskipun diumumkan beberapa bulan sebelumnya, penarikan itu digambarkan oleh pengamat sebagai “kacau” karena kekurangan Barat dalam mengevakuasi warga negara mereka, serta warga sipil Afghanistan yang pernah membantu mereka.
Pasukan Amerika masih dikerahkan di Irak, meskipun beberapa upaya untuk menarik mereka keluar sejak dimulainya serangan AS terhadap negara itu, dan di Suriah.
AS tidak pernah menerima mandat Dewan Keamanan PBB atau undangan dari Damaskus untuk mengirim pasukannya ke Republik Arab.
Pemerintah Suriah menyebut kehadiran pasukan Amerika di wilayahnya dan keterlibatannya dalam ekstraksi dan ekspor sumber daya alamnya ilegal.
(Resa/Sputniknews/CBS News)