ISLAMTODAY ID-Najla Bouden Romdhane telah menjadi perdana menteri wanita pertama di Tunisia dan dunia Arab yang diperkirakan akan berjuang melawan krisis keuangan publik.
Presiden Tunisia Kais Saied, yang hadapi tentangan keras dari sebagian besar rakyat Tunisia, menunjuk Najla Bouden Romdhane sebagai perdana menteri wanita pertama negara Afrika utara itu pada Kamis (30/9).
Di tengah tekanan domestik dan internasional setelah memecat mantan perdana menteri Hicham Mechichi dan menangguhkan parlemen sejak Juli, Presiden Saied meminta Bouden untuk membentuk pemerintahan sesegera mungkin.
Untuk diketahui, Bouden adalah profesor geofisika yang mengimplementasikan proyek Bank Dunia di kementerian pendidikan negara Tunisia.
Namun, Bouden kemungkinan miliki kekuasaan tidak langsung dibandingkan dengan perdana menteri sebelumnya di bawah konstitusi 2014.
Sementara itu, konstitusi 2014 Saied picu protes besar pada Ahad (26/9) karena keadaan darurat nasional Tunisia beri Saied kekuasaan eksekutif.
Di sisi lain, Saied mengatakan kepemimpinan wanita pertama di Tunisia dalam sebuah video yang diposting di halaman Facebook Kepresidenan.
“untuk pertama kalinya dalam sejarah Tunisia, seorang wanita akan memimpin pemerintahan,” ujar Saied, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (30/9).
Di negara-negara Arab yang dilanda patriarki yang mengakar, sangat jarang perempuan memegang peran politik senior.
Latar Belakang Bouden
Bouden lahir di provinsi tengah negara Kairouan pada tahun 1958.
Dia adalah seorang insinyur geofisika dan profesor di National Engineering School at Tunis El Manar University.
Dia memiliki gelar Ph.D. dari Ecole des Mines de Paris di bidang teknik gempa dan khusus dalam bahaya seismik di Tunis, ibu kota negara tersebut.
Bouden diangkat sebagai direktur jenderal pada tahun 2011 yang membidangi kualitas di Kementerian Pendidikan Tinggi.
Dia melanjutkan di posisi kepala Unit Aksi Tujuan di kementerian yang sama.
Bouden mengabdi di Higher Education and Scientific Research untuk mengimplementasikan program, proyek reformasi pendidikan tinggi dari Bank Dunia antara tahun 2016 hingga diangkat menjadi PM baru Tunisia (29 September 2021).
Hingga saat ini, dia tidak memiliki afiliasi politik, menurut Anadolu Agency.
Bouden akan mewarisi krisis politik dan ekonomi yang melonjak yang telah mencengkeram negara Afrika Utara selama beberapa tahun terakhir dan yang memburuk sejak “tindakan luar biasa” Saied.
Pada 26 September, Saied mengeluarkan dekrit untuk memperluas kekuasaan legislatif dan eksekutifnya.
Dia juga menghapuskan badan yang dibentuk pada tahun 2014 untuk memantau konstitusionalitas undang-undang.
Banyak orang di Tunisia berharap Bouden akan menghidupkan kembali citra negara itu sebagai satu-satunya negara Arab yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara negara-negara Arab lainnya yang juga menyaksikan revolusi rakyat yang menggulingkan rezim yang berkuasa, termasuk Mesir, Libya, dan Yaman.
(Resa/TRTWorld/AA)