ISLAMTODAY ID-Pangkalan Udara Bagram ditinggalkan musim panas ini oleh pasukan AS di tengah penarikan yang diperintahkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Sejak itu, lapangan terbang telah direbut oleh Taliban, tetapi tetap tidak aktif karena kurangnya pilot di jajaran organisasi tersebut.
Sementara itu, Pangkalan Udara Bagram yang terletak tidak jauh dari Kabul, Afghanistan untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan menyalakan lampu sorotnya, menurut akun pengguna lokal media sosial.
Lapangan terbang yang dulu berfungsi sebagai pangkalan utama militer AS di Afghanistan, juga telah dijadikan lalu lintas udara dari dan ke sana, menurut dugaan penduduk setempat.
Beberapa pesawat militer dilaporkan terbang ke dan dari Bagram.
Beberapa media, termasuk Daily Mail dan US News & World Report, dengan cepat menuduh bahwa pesawat itu mungkin milik China, dengan alasan kepentingan negara Asia di pangkalan itu.
Sputnik tidak dapat secara independen mengkonfirmasi perubahan status Pangkalan Udara Bagram atau negara asal pesawat yang diduga tiba.
US News & World Report mengklaim bahwa China telah mempertimbangkan pengiriman personel militer dan pejabat pembangunan ekonomi ke bekas pangkalan udara AS untuk menilai apakah itu dapat berguna, misalnya sebagai bagian dari “Inisiatif Sabuk dan Jalan”.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, membantah keras tuduhan.
“sepotong informasi yang murni palsu,” ungkap Wang Wenbin, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (4/10).
Taliban yang merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus di tengah penarikan AS dari negara itu, juga menolak anggapan bahwa Bagram diduduki oleh pasukan China.
Sementara kelompok itu tidak menjelaskan laporan tentang peningkatan aktivitas di pangkalan itu.
Lebih lanjut, beberapa pengguna media sosial menuduh pangkalan itu telah diaktifkan kembali untuk meningkatkan pertahanannya terhadap kekuatan “perlawanan” yang konon masih tersisa – sebuah kelompok yang menentang dan berperang melawan aturan Taliban.
(Resa/Daily Mail/US News & World Report/Sputniknews)