ISLAMTODAY — Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk keras pembongkaran dan penggalian yang dilakukan di pemakaman Muslim di Yerusalem oleh otoritas Israel, Selasa (12/10).
OKI menyoroti kesucian pemakaman Mamilla dan Al Yousifieh, yang berusia lebih dari 1.000 tahun.
OKI mencatat bahwa kebijakan Israel menargetkan situs suci Islam, situs budaya dan budaya Muslim di Yerusalem yang diduduki, dilansir dari Anadolu.
Kebijakan semacam itu merupakan provokasi terhadap perasaan umat Islam pada umumnya dan Palestina pada khususnya, tambahnya.
Hal yang sama juga digarisbawahi pada kunjungan Presiden FIFA Gianni Infantino dalam pembukaan The Friedman Center for Peace through Strength di Museum of Tolerance di Yerusalem, yang dibangun di lokasi pemakaman Muslim yang dihancurkan.
Infantino juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) Jibril Rajoub.
Namun Rajoub kemudian membatalkan pertemuan setelah mengetahui bahwa Infantino telah menghadiri acara kontroversial yang diadakan di Museum Toleransi, sebuah kampus yang dibangun di atas kuburan Islam bersejarah di Yerusalem Timur.
“[PFA] menyesali keputusan Presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk ambil bagian dalam [acara yang diadakan] di apa yang disebut Museum Toleransi, yang dibangun di atas pemakaman Islam M’manullah, pemakaman Muslim tertua di Yerusalem yang berasal dari abad ke-11,” kata PFA dalam sebuah pernyataan, menurut Wafa.
Partisipasi Infantino dikecam sebagai penghinaan total terhadap nilai-nilai toleransi beragama dan hidup berdampingan secara damai, yang didukung oleh undang-undang FIFA.
Israel mencapai kesepakatan normalisasi kontroversial dengan empat negara Arab tahun lalu. Dikenal sebagai Kesepakatan Abraham, Israel sepenuhnya menjalin hubungan diplomatik dengan UEA dan Bahrain, diikuti normalisasi dengan Sudan dan kemudian Maroko pada masa jabatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump.#
Perjanjian yang ditengahi AS itu disambut reaksi keras Palestina dan kecaman dari beberapa negara Arab, yang menyatakan kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.[AA/Jpost]