ISLAMTODAY ID-CIA secara terbuka mengumumkan pembentukan unit khusus baru untuk memata-matai China pada pekan lalu.
Surat kabar harian angkatan bersenjata China telah menyerukan “perang rakyat” melawan operasi CIA yang diperluas di negara berpenduduk paling banyak di dunia itu.
South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong melaporkan komentar dari sebuah posting akun media sosial yang “dijalankan oleh” Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai tanggapan atas pembentukan unit anti-Beijing baru oleh Central Intelligence Agency.
“Dinas intelijen AS, yang secara terang-terangan merekrut agen khusus, pasti memiliki metode yang lebih jahat dan tak tertahankan di baliknya,” tulis postingan di Weibo, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (18/10).
Tapi itu memperingatkan: “Tidak ada rubah licik yang bisa mengalahkan pemburu yang baik. Untuk menjaga keamanan nasional, kita hanya perlu mempercayai rakyat dan bergantung pada rakyat.”
Akun itu mengatakan “perang rakyat” diperlukan untuk melawan agen spionase asing AS dan “membuat mata-mata tidak mungkin beroperasi dan menyembunyikan diri”.
Berita tentang Pusat Misi China baru CIA muncul pada 7 Oktober.
Direktur CIA William Burns menyebut republik rakyat “ancaman geopolitik paling penting” abad ke-21 – komentar yang telah banyak dilaporkan di China.
Leon Panetta, mantan direktur CIA dan menteri pertahanan dalam pemerintahan Barack Obama, menyambut baik pembentukan unit tersebut.
“Tidak diragukan lagi bahwa kita benar-benar membutuhkan intelijen yang jauh lebih baik tentang apa yang sedang dilakukan China,” ujar Panetta kepada Politico pekan lalu.
“China tetap menjadi target yang sangat sulit untuk dapat ditembus, dan untuk alasan itu membuat pusat itu untuk menetapkan fokus nyata pada China masuk akal”.
Sebuah klip video yang beredar luas oleh media China dalam beberapa hari terakhir menuduh bahwa CIA merekrut agen yang fasih berbahasa China termasuk Mandarin, Kanton, Hakka, dan Shanghai.
Berbicara kepada penyiar berita internasional China CGTN pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Le Yucheng meragukan janji Presiden AS Joe Biden untuk tidak “mencari perang dingin baru” dengan Beijing.
“Secara internasional, AS telah menciptakan kekacauan satu demi satu melalui ‘revolusi warna’ dan ‘transformasi demokrasi’,” ujarnya.
(Resa/CGTN/Politico/SCMP/Sputniknews/Weibo)