ISLAMTODAY ID-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menekankan bahwa negaranya menolak “pendekatan orientalis yang berpusat pada Barat” terhadap benua Afrika.
“Kami merangkul orang-orang di benua Afrika tanpa diskriminasi apa pun,” ujar Presiden Turki Erdogan dalam pidatonya di parlemen Angola sebagai bagian dari tur empat harinya di Afrika.
“Ada beberapa yang masih tidak dapat menerima pencapaian kemerdekaan, kebebasan, dan kesetaraan orang Afrika,” tambah Erdogan, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (19/10).
Menekankan “ketidakadilan dalam sistem global,” Erdogan sekali lagi menggarisbawahi bahwa “dunia lebih besar dari lima,” dan menambahkan, “Nasib umat manusia tidak boleh diserahkan kepada belas kasihan segelintir negara yang memenangkan Perang Dunia II.”
“Sementara dunia dan hampir setiap aspek kehidupan kita berubah, dan diplomasi, perdagangan, dan hubungan internasional sedang mengalami transformasi radikal, kita tidak dapat berpikir bahwa arsitektur keamanan global akan tetap sama,” ungkapnya.
Erdogan pada hari Ahad (17/10) tiba di Angola, tujuan pertama dari tur empat harinya di Afrika.
‘Peluang Kerjasama di Pertahanan, Energi’
Sebelumnya pada hari Senin (18/10), Erdogan mengatakan dalam konferensi pers dengan timpalannya dari Angola Joao Lourenco bahwa Angola sebelumnya meminta UAV buatan Turki, sementara pembicaraan hari Senin juga mencakup kendaraan lapis baja.
“Dalam 19 tahun terakhir, Turki telah mengambil banyak langkah di bidang industri pertahanan yang juga menarik perhatian Angola,” ungkap Erdogan, seraya menambahkan bahwa para menteri pertahanan negara-negara tersebut akan mengadakan diskusi lebih lanjut.
Forum bisnis Turki-Afrika akan diadakan di Turki pada 21-22 Oktober, sedangkan KTT Kerjasama Afrika Turki akan diadakan di Istanbul pada 17-18 Desember, ujar Erdogan.
Kedua negara dapat meningkatkan kerja sama di bidang pariwisata, pendidikan, dan perdagangan juga, tambahnya.
Hubungan Turki-Angola
Erdogan sedang dalam tur empat hari ke benua Afrika, mengunjungi Angola, Nigeria, dan Togo.
Hubungan Turki dengan negara Afrika telah hangat sejak Republik Angola segera memperoleh kemerdekaan pada tahun 1975.
Menyadari Republik Angola segera, Turki kemudian membuka kedutaan besarnya di Luanda pada tahun 2010.
Meskipun volume perdagangan bilateral antar negara secara resmi mencapai sekitar USD 212 juta pada tahun 2019, volume perdagangan aktual antara kedua negara diyakini lebih tinggi dari yang ditunjukkan statistik, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Ekspor dari Turki terdiri dari bahan makanan, produk tekstil, pakaian, barang putih, dan mesin.
Bantuan pembangunan dan beasiswa kepada mahasiswa Angola merupakan langkah lain yang diambil Turki untuk meningkatkan hubungan dengan negara Afrika tersebut.
(Resa/TRTWorld)