ISLAMTODAY ID-Mesir memberlakukan keadaan darurat sejak April 2017, setelah serangan teroris kedua dari dua serangan Daesh yang menewaskan puluhan orang Kristen Koptik.
Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi mengumumkan di akun Facebook resminya pada hari Senin (25/10) bahwa “berkat upaya orang-orang hebat dan warganya yang setia,” Kairo sekarang dapat menurunkan keadaan daruratnya.
Pemimpin militer itu menambahkan bahwa Mesir telah menjadi “oasis keamanan dan stabilitas di kawasan” berkat “partisipasi tulus dalam semua upaya pembangunan dan pembangunan.”
“Saat saya menyatakan resolusi ini, saya ingat dengan segala penghormatan dan penghargaan kepada para martir heroik kami, tanpa mereka kami tidak akan mencapai keamanan dan stabilitas,” ujar Sisi, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (26/10).
“Bersama-sama, kita mantap bergerak menuju pembangunan Republik baru, mencari bantuan dan dukungan Tuhan. Hidup Mesir.”
Keadaan darurat pertama kali diberlakukan pada 10 April 2017, setelah pemboman bunuh diri terhadap dua gereja Kristen Koptik pada Palm Sunday yang menewaskan 47 orang dan melukai 126 lainnya.
Beberapa bulan kemudian, Mesir melakukan beberapa serangan udara terhadap posisi Daesh di negara tetangga Libya, yang terkunci dalam perang saudara yang telah dieksploitasi oleh kelompok teroris.
Namun, serangan terhadap gereja-gereja Koptik terus berlanjut.
Minoritas Kristen merupakan hampir 10% dari populasi Mesir dan Sisi telah melakukan upaya besar memupuk dukungan mereka untuk pemerintahannya.
Sisi berkuasa pada Juli 2013 melalui kudeta militer yang menggulingkan presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Kemudian menteri pertahanan negara dan kepala angkatan bersenjata, Sisi mendirikan negara otoriter yang menghancurkan protes terhadapnya hanya sebulan kemudian, menewaskan sebanyak 1.000 demonstran di Kairo, menurut kelompok hak asasi manusia.
(Resa/Sputniknews)